SEPUTARKUDUS.COM, PANJUNAN - Di atas trotoar tepi jalan di utara Taman Tugu Identitas Kudus, tampak seorang pria tua bertopi oranye dan bercelana biru duduk di dekat beberapa bumbung bambu yang menggantung di alat pikul. Pria tersebut bernama Sukardi (71), penjual es legen yang saat musim hujan ini terkadang hanya mendapatkan uang Rp 10 ribu.
Sukardi (tengah) menjual es legen tak jauh dari Tugu Identitas. Foto: Rabu Sipan |
Di sela menunggu para pembeli datang, Sukardi sudi berbagi cerita tentang penjualan es legen miliknya. Dia mengaku sudah sekitar 10 tahun berjualan es legen di Kudus, dan selama itu pula hasil yang diadapatkan tidak menentu. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang, es legen kurang diminati pembeli.
“Berjualan es legen hasilnya tidak bisa pasti, apalagi di musim hujan. Es legen yang aku jual paling hanya terjual beberapa gelas saja. Bahkan tidak jarang seharian berjualan, aku hanya mendapatkan uang sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu sehari, ” kata Sukardi kepada Seputarkudus.com belum lama ini.
Pria asal Tuban, Jawa Timur, mengatakan, saat cuaca sedang cerah dirinya bisa menjual es legen dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang saat turun hujan. Tak jarang bila langit cerah dia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu sehari.
“Sebenarnya aku berharap setiap hari cerah, jangan sampai mendung apalagi hujan, agar es legen yang aku jual bisa laku lebih banyak. Tapi itu tidak mungkin saat musim hujan seperti sekarang,” keluh Sukardi.
Pria yang sudah dikaruniai dua anak serta empat cucu tersebut mengatakan, tidak mematok mahal es legen yang dia jual. Dia mengaku menjual es legen dengan harga Rp 1.500 segelas, dan Rp 2 ribu sebungkus. “Aku memang mematok Rp 500 lebih mahal es legen yang dibungkus daripada diminum di gelas, karena untuk ganti modal plastiknya,” jelasnya
Sukardi menuturkan berjualan setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga 14.00 WIB, di sebelah utara Taman Tugu Identitas. Setelah itu dia pindah ke depan Toko Sido Dadi, sebelah selatan Alun-alun Kudus hingga pukul 19.00 WIB.
Selama berjualan di Kudus, Sukardi mengontrak ruangan sempit di Desa Nganguk, Kecamatan Kota, dengan harga Rp 120 ribu sebulan. Dia juga mengaku dua pekan sekali pulang ke Tuban untuk menengok istrinya, dengan membawa uang sekitar Rp 200 ribu.
Di sela obrolan, datang seorang perempuan muda berjilbab dan memakai kaca mata, membeli segelas es legen milik Sukardi. Setelah dibuatkan es legen, wanita muda tersebut ikut duduk di atas trotoar sambil menikmati segelas es legen yang disuguhkan oleh Sukardi.
Diketahui kemudian wanita tersebut bernama Nour Ainy Alawiyah (20), warga Desa Temulus, Mejobo. Dia mengaku membeli es legen yang dijual Sukardi karena kebetulan dia haus dan baru sampai di Bank Jateng tidak jauh dari Sukardi berjualan.
“Aku sebenarnya baru sampai di Bank Jateng, karena aku melihat antrean masih panjang. Kebetulan haus, aku membeli es legen dulu,” jelas wanita yang biasa disapa Ainy tersebut.
Seusai menghabiskan segelas es legen, Ainy lalu menanyakan harga dan lantas membayarnya. Terlihat Sukardi menerima uang yang diberikan Ainy kepada dirinya. Sukardi kemudian mengibaskan uang tersebut ke bumbung-bambung tempat Legen sambil berucap, laris, laris, laris. “akhirnya dapat penglaris juga,” ucap sukur Sukardi.