Latest News

Meski Terlihat Sederhana, Para Perajin Gunting di Desa Hadipolo Kudus Ini Harus Memutar Otak

SEPUTARKUDUS.COM, HADIPOLO – Suara bising mesin gerinda dan palu terdengar di satu rumah di Desa Hadipolo RT 3 RW 1, Kecamatan Jekulo, Kudus. Di belakang rumah, terdapat lima orang laki-laki sedang memegang potongan logam yang mengeluarkan percikan api karena gesekan gergaji. Rumah itu merupakan tempat usaha pembuatan gunting. 
kerajinan gunting
Perajin Gunting Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Foto-foto: SUtipo Ahmad


Usaha tersebut milik tersebut milik Ngadirun (62), yang kini ikembangkan oleh anaknya, Maspuan (32). Meski produk yang dibuat terlihat sederhana, namun, kata Maspuan, perajin harus memeras otak agar bisa menghasilkan gunting yang sesuai rancangan.

Sembari memalu potongan beton besi ulir yang digunakan sebagai bahan gunting, Maspuan sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia jalankan. Dia menjelaskan, membuat kerajinan gunting tidak mudah. Menurutnya, selain harus memiliki keterampilan khusus, perajin harus banyak menggunakan otak dalam proses pembuatan.

“Ini (Gunting) pekerjaan khusus, kami harus menggunakan otak. Perajin pisau kalau disuruh membuat, belum tentu dia bisa. Ini bukan benda satu, namun ada dua yang dikerjakan. Perajin harus berpikir, bagaimana caranya dua sisi benda yang berlawanan bisa digabungkan menjadi satu agar bisa memotong,” ungkap Maspuan saat ditemui tidak lama ini.



Dia menjelaskan, usaha kerajinan gunting miliknya berdiri sejak 1972, sekitar 44 tahun lalu. Ayahnya memulai usaha yang sekarang dia jalankan. Dia menceritakan, ayahnya dulu bekerja pada seorang warga Hadipolo. Setelah menguasai pembuatan gunting, dia mulai membuka usaha sendiri di rumah.

“Sebelum ada pelanggan tetap, ayah saya waktu itu sempat kesulitan dalam pemasaran produk. Dulu dia sering nawarkan gunting yang dia buat ke sejumlah pedagang yang ada di pasar. Mulai dari Kudus, Demak, Purwodadi, Pati sampai Jepara pun juga pernah dia tawarkan. Kalau sekarang sudah enak, ada pelanggan tetap yang mau membeli, mungkin sudah menjadi rezeki ayah saya,” ungkapnya.

Pria yang mengaku sedang menanti kelahiran anak ketiga ini mengungkapkan, dia meneruskan usaha ayahnya selama 10 tahun lebih. Untuk pemasaran, dia hanya menunggu pembeli yang datang, selebihnya dia jual dengan pelanggan tetapnya dari Kudus. 



“Untuk saat ini pelangan tetap saya dari Kudus saja. Ada yang dijual, ada pula yang digunakan sendiri untuk memotong kain, bwang dan tembakau rokok,” imbuhnya.

Dia menambahkan, bahan besi beton ulir yang dia gunakan merupakan hasil limbah. Dia mendapatkan dari pengepul maupun pegawai proyek bangunan. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, setiap hari dia bekerja mulai pukul 5.00 WIB hingga 17.00 WIB. Menurutnya, dengan dibantu empat orang keluarganya, sekarang dia mampu memproduksi gunting sebanyak lima kodi per hari.

“Harga tergantung dengan ukuran gunting. Untuk yang kecil seharga Rp 25 ribu, sedangkan yang berukuran tanggung Rp 40 ribu. Untuk ukuran gunting yang besar, saya biasa jual dengan harga Rp 50 ribu. Semua harga bukan satuan, tapi per kodi,” tambahnya.