SEPUTARKUDUS.COM, PURWOREJO - Anak-anak yang berada di ruang
aula tertawa terbahak-bahak melihat mahasiswa asal Sudan membacakan Geguritan
di ruangan aula Omah Dongeng Marwah dalam bingkai Muria Cultural Progam yang
diadakan Universitas Muria Kudus (UMK). Sambil berdiri, lelaki yang berkulit
hitam tersebut terdengar tidak terbiasa membacakan puisi yang ditulis dengan Bahasa Jawa. Alhasil, anak-anak Omah Dongeng Marwah yang duduk di depannya tertawa.
Mahasiswa asal Sudan membaca Geguritan di Omah Dongeng Marwah dalam Muria Cultural Program. Foto: Imam Arwindra |
Satu di antara anak Omah Dongeng Marwah yang mengikuti acara tersebut, Tiyo Ardiyanto (13). Dia merasa bangga melihat orang-orang dari Sudan, Finland, dan Thailand
membacakan cerita serta Geguritan dengan Bahasa Indonesia dan Jawa. Menurutnya,
saat mereka membacakan teks terdengar lucu.
“Itu yang dari Sudan malah tidak bisa bilang ‘R’ dan bacanya blepotan, lucu. Tapi saya bangga ada orang asing membaca gcerita dan Geguritan,” ungkapnya yang ditemui selesai kegiatan di Omah Dongeng Marwah Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus, Kamis (27/10/2016).
“Itu yang dari Sudan malah tidak bisa bilang ‘R’ dan bacanya blepotan, lucu. Tapi saya bangga ada orang asing membaca gcerita dan Geguritan,” ungkapnya yang ditemui selesai kegiatan di Omah Dongeng Marwah Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kudus, Kamis (27/10/2016).
Melihat banyaknya mahasiswa luar negeri yang berkunjung di Omah Dongeng Marwah, membuat Tiyo ingin membacakan
cerita sejarah Kudus dan Geguritan yang sudah dipelajarinya ke luar negeri. “Rasanya ingin pergi keluar negeri, bercerita tentang semua tentang Kudus,” ungkapnya masih sekolah di SMP 1 Bae tersebut.
Setelah acara formal selesai, mereka terlihat menikmati
suguhan makanan khas Kudus, pisang tandung, gayong, parijotho dan jeruk pamelo. Mahasiswa-mahasiswa yang melakukan kunjungan di Omah
Dongeng Marwah, menurut penyelenggara Muria Cultural Progam Diah Kurniati, peserta program tersebut berjumlah
61 orang. Mereka berasal dari Thailand, Finlandia, Malaysia, Sudan, Afganistan,
Chili, Tanzania, Libya, Jordania, dan Urwanda. Selain itu juga ada mahasiswa dari Indonesia.
Menurutnya, selama tiga hari mereka akan berada di Kudus
dari tanggal 27-29 Oktober 2016. Mahasiswa-mahasiswa tersebut akan mempelajari
Tari Kretek dan gamelan yang nanti akan ditampilkan di UMK di hari terakhir.
Selain itu, mereka juga akan mempelajari ajaran Sunan Kudus Gusjigang (ngaji,
bagus, dagang) sebagai modal mereka menjadi entrepreneur.
“Mereka nanti juga diajak berkeliling Kudus sambil menikmati kuliner khas Kudus,” terang Diah yang juga Kepala Progam Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMK.
“Mereka nanti juga diajak berkeliling Kudus sambil menikmati kuliner khas Kudus,” terang Diah yang juga Kepala Progam Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMK.
Dia menambahkan, setelah menampilkan Tari Kretek di UMK, mereka juga akan mendeklarasikan komitmen untuk menjaga budaya di masing-masing negara. Menurutnya,
hal itu penting supaya budaya lokal yang sudah ada tidak tergerus modernisasi.
“Semoga kegiatan yang baik ini bisa terus berlanjut,” tuturnya.