Duri, kuliah di Stikes Cenut Kudus sambil menjual produk kecantikan dan kesehatan. Foto: Ahmad Rosyidi |
Duri dia akrab disapa, sudi berbagi kepada Seputarkudus.com, dirinya tidak pernah merasa malu meski harus menjual produk kecantikan dan kesehatan untuk kalangan wanita. Dia ingin membantu meringankan beban orang tuanya yang bekerja sebagai petani dan buruh serabutan.
“Kenapa harus malu. Demi meringankan beban orang tua, saya saya tidak malu. Selain itu, saya juga bisa belajar hidup mandiri,” ungkap anak pertama dari dua bersaudara itu, belum lama ini.
Sebelumnya, Duri sudah pernah berjualan produk kecantikan saat masih sekolah di SMK Avicenna, Rembang. Hingga saat ini dia juga masih mengambil produk yang dijualnya dari guru di SMK Avicenna. Kurang lebih sudah sekitar empat tahun ini dia berjualan produk kecantikan dan kesehatan. Dia merasa terbiasa dengan hal itu, dan tidak merasa malu dengan teman-temannya.
“Saya tidak malu karena sudah terbiasa menawarkan produk kecantikan keteman-teman perempuan. Bahkan membahas organ kewanitaan, saya juga biasa saja. Agar tidak menyinggung biasanya saya minta maaf dulu sebelum menjelaskan,” jelas Duri.
Mahasiswa semester tiga yang memilih Jurusan Keperawatan itu juga mengungkapkan, kebanyakan pelanggannya saat ini dari mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Kudus dan teman-temannya di STIKES Cendekia Utama Kudus. Duri menjual produknya secara online dan menawarkan langsung ke teman-temannya.
Duri merinci harga produk yang dia jual. Di antara produk tersebut Melia Biyang, suplemen makanan, yang dijual seharga Rp 150 ribu. Saleb kulit dia jual seharga Rp 25 ribu, sari kurma Rp 25 ribu, MSI fruite serum Rp 80 ribu, masker Rp 5 ribu.
"Ada juga lotion hand body Rp 50 ribu, lulur Rp 45 ribu, habbatussauda Rp 45 ribu, bio spray Rp 60 ribu, madu Rp 150 ribu hingga 210 ribu, dan jilbab Rp 25 ribu hingga Rp 100 ribu," ujarnya.
Dari hasil menjual produk kecantikan dan kesehatan, Duri mengaku bisa mendapat keuntungan kurang lebih sekitar Rp 1 juta per bulan. Hasil itu cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Tetapi untuk biaya kuliah dia masih dibiayai orang tua, karena merasa belum mampu membayar dengan uang sendiri.
Meski sebelum menjual sebagian produknya, Duri sudah mencobanya sendiri. Tapi tak jarang, masih ada yang komplain karena baru memakai dan ingin langsung ada hasil. “Sebelum saya jual biasanya saya coba sendiri, kecuali untuk obat-obat tertentu. Kadang juga ada yang komplain karena baru memakai sudah ingin mendapat hasil, tetapi setelah memakai rutin sekitar dua pekan mereka mengakui hasilnya,” pungkasnya.