Sobirin sedang mengecek saluran minum di kandang ayam miliknya. Foto: Sutopo Ahmad |
Sembari memantau sejumlah ayam pedaging yang dia ternak, sobirin begitu akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com terkait peternakan ayam pedaging miliknya. Dia menjelaskan, ayam pedaging itu sangat sensitif, perlu perhatian ekstra dalam perawatannya. “Merawat ayam pedaging ini seperti merawat bayi, harus sabar dan teliti,” ungkapnya saat ditemui di kandang miliknya, belum lama ini.
Menurutnya, cuaca yang tidak bersahabat sangat berpengaruh terhadap kondisi ayam pedaging. Apalagi musim labuh (peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan) seperti sekarang ini, banyak ayam pedaging yang mati serta musim tersebut tidak bagus untuk berternak. Dia mengatakan, ketika cuaca sedang panas, dia harus memberikan hawa sejuk. Begitu pula sebaliknya, ketika cuaca sedang dingin, dia harus memberikan hawa hangat terhadap ayam tersebut agar tidak mudah stres.
“Jika ayam kepanasan atau kedinginan, ayam akan mudah stres dan cepat sekali mati,” ungkap Sobirin yang masih aktif sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) semester sembilan.
Sobirin menuturkan, dirinya memberikan pakan ayam, cukup dua kali sehari, pagi dan sore. Ayam daging yang dia ternak saat ini sekitar 4.500 ekor, sesuai kapasitas kandang yang dia miliki. Setiap kali panen, Sobirin mampu meraup omzet hingga Rp 17-25 juta dalam 40 hari. “Kadang sekali panen bisa mencapai Rp 17 juta, kadang Rp 19 juta. Bahkan juga sekali panen pernah mendapat omzet Rp 25 juta,” tuturnya.
Sobirin menambahkan, dia menjual hasil ternak ayam dagingnya melalui mitra bisnisnya, yakni PT Surya Bintang Sejati. Dia mengaku, selama beternak ayam pedaging, Sobirin diberi pinjaman perusahaan tersebut berupa bibit ayam pedaging, pakan ayam serta bantuan proses penjualan ayam daging. “Jadi ya, saya hanya bermodalkan pembuatan kandang dan merawat ayam pedaging setiap hari saja,” tambahnya.