Izan An Imi (28), karyawan KSU Padurenan, menjelaskan, selain melayani simpan pinjam bagi anggota, KSU juga memberikan pelatihan bagi masyarakat desa yang mau berwirausaha. Selain itu, KSU juga ikut serta membantu memasarkan produk yang dihasilkan anggotanya.
“Kami juga membantu memasarkan produk para anggota, untuk pemasaran konveksi alhamdulilah tidak ada kendala, sekarang yang menjadi fokus kami adalah bordir. Bordir barang mahal, jadi pasarnya harus tepat dan jelas,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Sembari memegang sarung Bali berwarna hitam yang sudah selesai dia bordir, Izan, begitu dia akrab disapa, mengatakan, untuk memasarkan produk bordir, pihaknya memanfaatkan media online dan mengikuti sejumlah pameran. Menurutnya, ketika mengikuti pameran, produk bordir kebaya yang dijual murah justru tidak ada yang mau membeli. Sedangkan saat dibanderol harga tinggi justru banyak peminat.
“Pernah ketika pameran, kebaya saya jual murah tidak ada yang mau membeli. Saya jual dengan harga Rp 1,5 juta justru para pengunjung banyak yang membeli. Kelihatannya masyarakat lebih suka barang yang mahal, mungkin kerena penasaran dengan produk yang dihasilkan,” ungkap Izan.
Menurutnya, sekarang KSU Padurenan Jaya memiliki 137 anggota, baik dari perajin konfeksi maupun bordir. Para anggota diharuskan membanyar administrasi berupa simpanan pokok sebesar Rp 500 ribu dan simpanan wajib Rp 10 ribu tiap bulan.
Dia merinci, sekarang anggota KSU Padurenan Jaya telah memiliki 16 unit mesin bordir komputer, tiga di antaranya milik KSU. Sedangkan selebihnya hibah dari pemerintah Kabupaten Kudus dan Provinsi Jawa Tengah.
Dia menambahkan, KSU Padurenan Jaya didirikan karena melihat banyak warga Desa Padurenan yang banyak memiliki usaha konfeksi dan bordir. Pemerintah desa berinisianif untuk membuatkan wadah bagi para usaha. Dari situ, muncul ide untuk membuat koperasi di desa, yang tujuannya sebagai wadah para pengusaha.
“Baik dari usaha konfeksi maupun bordir semuanya bersaing. Kalau tidak dibuatkan wadah, takutnya banyak perselisihan antar pengusaha. Adanya koperasi di desa, nantinya akan menjadi jembatan dari adanya perselisihan itu,” tambahnya.