Latest News

Dari Hasil Membuat Genteng, Sunardi Mampu Naik Haji Bersama Istri dan Menguliahkan 4 Anaknya

SEPUTARKUDUS.COM, NGEMBALREJO – Sepanjang Jalan Dukuh Ngetuk Desa Ngembalrejo, terlihat tumpukan genteng tertata rapi di samping rumah warga. Tampak di kanan dan kiri, para perajin sedang membuat genteng yang terbuat dari tanah liat. Satu di antara perajin di desa tersebut, yakni Sunardi (60), yang mampu naik haji bersama istri, dan menguliahkan empat anaknya.
jual genteng
Sunardi menata genteng hasil produksinya di Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus. Foto: Sutopo Ahmad


Kepada Seputarkudus.com, pria asal Dukuh Ngetuk Desa Ngembalrejo RT 6 RW 1, Kecamatan Bae, menceritakan, dirinya memulai usaha pembuatan genteng sejak 1979, atau sekitar 37 tahun silam. Dari hasil usaha produksi genteng yang ditekuninya itu, pada 2001 dia bersama istri dapat menunaikan ibadah haji.

"Dari hasil membuat genteng ini, saya juga menguliahkan anak-anak saya ke perguruan tinggi. Anak pertamanya dulu kuliah di UMK, anak kedua di UIN, yang ketiga kuliah di Unnes, sedangkan anak terahir kuliah di USM," tutur Nardi, sapaan akrabnya.

Sejak lulus sekolah dasar (SD) pada tahun 1969, Nardi mengaku sudah pinyawai membuat genteng. Menurutnya, saat itu belum ada alat untuk mencetak genteng. Semua proses pembuatan dilakukan dengan cara manual, menggunakan tangan secara langsung. 

“Dulu pada saat awal memulai usaha, warga (Ngembalrejo) masih sedikit yang memproduksi genteng. Sekarang hampir satu desa menekuni usaha pembuatan genteng. Saat itu semua menggunakan tangan, kalau sekarang lebih ringan, semua dilakukan menggunakan alat, ” ungkapnya.



Saat ini, Nardi dibantu 12 karyawan untuk memproduksi genteng. Mulai dari pencetakan, penjemuran dan pembakaran dilakukan karywannya. Dalam sehari dirinya bisa memproduksi sekitar 1.000 genteng dan terpus.

Dia memiliki pelanggan dari Pati, Rembang, Demak, Jepara, Purwodadi dan Kudus. Pada Juli hingga Desember, genteng yang diproduksi ramai dibeli pelanggan. Sedangkan Januari hingga Juni sepi pembeli. 

“Untuk penjualan tidak bisa ditentukan, terkadang dalam satu bulan bisa menjual 19.000 genteng dan 10.000 terpus. Terkadang juga sepi pembeli,” terangnya.

Nardi menjelaskan, saat ini dia memiliki 12 macam cetakan, dua untuk genteng dan sepuluh macam untuk terpus. Untuk membuat genteng yang baik, katanya, proses pembakarannya harus maksimal. Dia biasa menggunakan daun tebu kering untuk proses pembakaran. 

“Biasanya lebih tahan lama dan tidak mudah patah kalau membakar genteng menggunakan daun tebu kering,” terangnya.

Untuk memproduksi genteng, dia hanya menggunakan tanah liat yang dia dapatkan dari Nalumsari, Jepara. Sedangkan untuk proses pengeringan dia membutuhkan waktu dua hari saat cuaca panas. Proses pembakaran dilakukan selama 15 jam di dalam tungku pembakaran.