Latest News

Kitab Fasholatan KHR Asnawi Hingga Kini Masih Dimalkan Masyarakat di Indonesia

SEPUTARKUDUS.COM, KERJASAN – Ratusan kitab tersusun rapi di setiap sudut ruangan aula Madrasah Aliyyah (MA) Qudsiyyah Kudus. Kitab-kitab tersebut diletakkan dalam rak buku yang disampingnya terdapat penjelasan mengenai isi kitab. Beberapa dari kitab tersebut, nampak sudah lusuh, menandakan pembuatannya sudah lama.

kitab fasholatan
Kitab Fasholatan. Foto: Imam Arwindra
Di bagian selatan ruangan, kitab bersampul hijau tampak mencolok di antara kumpulan kitab-kitab. Sampul kitab bergambarkan masjid dengan gerbang bertiang empat. Kitab tersebut bernama Fasholatan berisi amaliyah salat KH Raden Asnawi yang ditulis cucunya, Minan Zuhri Asnawi.  Menurut Koordinator Pameran Turats Ulama Nusantara, Nanal Alnal Fauz (21), kitab Fasholatan tersebut sampai sekarang masih dipergunakan di pesantren-pesantren seluruh Indonesia. 

“Di awal masuk pesantren pasti kitab Fasholatan dipelajari. Karena kitab tersebut mempelajari tentang dasar-dasar agama, yakni salat, wudlu dan lainnya,” ungkap dia saat ditemui di pameran pada Puncak Peringatan Satu Abad Qudsiyyah, Selasa (2/8/2016).

Menurutnya, kitab yang dicetak Percetakan Menara Kudus tersebut yang menulis langsung yakni KHR Asnawi. Namun ada juga versi mengatakan penyusunnya yakni KH Minan Zuhri Asnawi, cucu KHR Asnawi yang menulis amaliah. “Kiai zaman dulu biasanya kalau ingin membuat surat atau tulisan tinggal mengucap, nanti ada santri yang menulis,” terangnya.

Kitab yang terdiri dari 100 halaman tersebut, selain berisi doa dan tata cara salat, juga terdapat keterangan yang memakai Bahasa Jawa. “Bahasa Jawa tersebut ditulis menggunakan huruf Pegon,” tambahnya.
Pameran Turats Ulama Nusantara Satu Abad Qudsiyyah. Foto: Imam Arwindra
Selain kitab Fasholatan juga ada kitab Soal Jawab Mu’takod Seket yang ditulis oleh KHR Asnawi. Menurutnya, kitab tersebut berisikan tentang ilmu tauhid. “Ini kitab lain yang ditulis KHR Asnawi. Namanya kitab Soal Jawab Mu’takod Seket,” tutur dia sambil memegang kitab bersampul kuning tersebut.

Dalam kegiatan Pameran Turats Ulama Nusantara, menurutnya terdapat lebih dari 200 jenis kitab yang tersedia. Kitab-kitab tersebut ditulis oleh para ulama di seluruh Indonesia. “Sampai hari ini (kitab-kitab) masih dipergunakan di pesantren-pesantren,” ungkapnya.

Selain kitab yang dicetak, juga ada kitab yang berupa digital. Jumlahnya sekitar 200 lebih. Namun ada beberapa kitab cetak yang versi digitalnya belum ada. “Dengan adanya pameran kitab ini masyarakat akan mengetahui para ulama di Indonesia mempunyai karya-karya yang menakjubkan,” tambahnya.