SEPUTARKUDUS.COM, LANGGAR DALEM - Sekitar 20 meter sebelah timur pertigaan depan Masjid Menara
Kudus, terlihat toko dengan berbagai baju tanpa kerah tergantung pada pipa aluminium
berwarna putih. Toko yang mengahadap ke selatan tersebut milik Wilmy Noor (49) bernama Toko
Ema, yang menjual baju koko dan pakaian Muslim lainnya. Pada Lebaran tahun ini, pakaian khusus pria ini tak memiliki tren tertentu seperti gamis untuk wanita.
“Sejak Ustadz Jefri Al Buchori meninggal dunia, penjualan baju koko selama tiga tahun terakhir tanpa bentuk tertentu yang menjadi tren. Meski tanpa tren penjualan baju koko di toko kami meningkat hingga 100 persen pada Lebaran ini,” ujar pria yang biasa disapa Wilmy kepada Seputarkudus.com, beberapa waktu lalu.
“Sejak Ustadz Jefri Al Buchori meninggal dunia, penjualan baju koko selama tiga tahun terakhir tanpa bentuk tertentu yang menjadi tren. Meski tanpa tren penjualan baju koko di toko kami meningkat hingga 100 persen pada Lebaran ini,” ujar pria yang biasa disapa Wilmy kepada Seputarkudus.com, beberapa waktu lalu.
Wilmy mengungkapkan, para pembeli sekarang melihat
merek dan bahan. Jika mereka cocok biasanya tanya
menanyakan harga dan dan langsung membelinya.
Menurut Wilmy, ada tiga merek baju koko paling laris di tokonya. Di antaranya, Tammer, Hasgradini, dan Waydee. “Baju koko dengan ke tiga merek
tersebut aku jual dari harga Rp 100 ribu hingga Rp 200
ribu,” ungkapnya.
Dia mengatakan, Toko Ema sebelum Ramadan hanya mampu menjual sekitar lima potong baju koko. Memasuki bulan Puasa mulai ada peningkatan penjualan. Hingga menjelang Lebaran tokonya tersebut mampu menjual sekitar 50 potong baju koko dalam sehari.
Dia mengatakan, Toko Ema sebelum Ramadan hanya mampu menjual sekitar lima potong baju koko. Memasuki bulan Puasa mulai ada peningkatan penjualan. Hingga menjelang Lebaran tokonya tersebut mampu menjual sekitar 50 potong baju koko dalam sehari.
Pria murah senyum tersebut mengungkapkan, di tokonya tidak hanya menjual baju koko, tetapi juga menjual gamis, peci, sarung dan pakaian Muslim lainnya. “Hampir semua
pakaian dan lainya yang aku jual di Toko Ema laris sejak dua pekan sebelum Lebaran,”
ujarnya.
Diakui Wilmy, penjualan di toko yang berada di Desa
Langgardalem tersebut pada bulan Ramadan tahun ini mengalami keterlambatan
peningkatan penjualan dibanding tahun lalu. Menurutnya keterlambatan tersebut
karena peraturan perusahaan serta instansi pemerintah
dan perkantoran yang membarikan THR di atas tanggal 10 Ramadan. “THR baru diberikan sekitar tanggal 17 Juni 2016,” katanya.