SEPUTARKUDUS.COM, TBS – Dua pria bersarung tampak duduk di depan
kelas gedung Madrasah Aliyah (MA) Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) selatan
Jalan KH Turaichan Adjhuri, Kajeksan, Kota, Kudus. Mereka tengah mendengarkan dawuh KH Choiruzyad TA melalui pengeras suara di acara Silaturrahim
Nasional (Silatnas) dan Ngaji Bareng Masyayikh TBS di depan
gedung MA TBS, Sabtu (23/7/2016) malam.
Yusril dan Hilmi menunjukkan kreasi peci hitamnya yang bertulis TBS. Foto: Imam Arwindra |
Satu di antara dua pria itu bernama Ahmad Yusril Hidayat (16), siswa MA
TBS. Tadi malam, dia mengenakan peci lain daripada yang lain, karena terdapat tulisan TBS di pecinya. Dia membuat sendiri tulisan tersebut, khusus untuk dipakai saat acara Silatnas diselenggarakan. Sisi samping peci tampak ada goresan bunga-bunga berwarna
putih. Di sebelah atas peci hitam tersebut bertuliskan ‘TBS’ dan huruf Arab Tasywiquth Thullab Salafiyyah berwarna hijau.
“Saya membuat ini khusus untuk saya pakai saat acara Silatnas. Walau saya belum alumni, saya ingin ikut berpartisipasi,” ungkap yusril yang berasal dari Demak.
“Saya membuat ini khusus untuk saya pakai saat acara Silatnas. Walau saya belum alumni, saya ingin ikut berpartisipasi,” ungkap yusril yang berasal dari Demak.
Dia yang datang bersama temannya Hilmi Yahya, mengaku kagum dengan kakak kelasnya yang sudah alumni bisa
kompak menyelenggarakan acara Silatnas yang baru pertama kali diselenggarakan. “Saya
penasaran sekaligus kagum dengan acara perkumpulan alumni TBS dari angkatan
pertama hingga lulusan kemarin. Dan ternyata memang benar, ribuan alumni dengan
memakai baju putih datang,” tuturnya.
Dia membuat kreasi peci tersebut karena kecintaan dan kebanggaannya terhadap almamater
sekolahnya. “Saya bangga bisa menunjukkan identitas saya sebagai siswa TBS. Semoga
nantinya saya seperti alumni-alumni yang bisa kompak dan terus tawadhu’ (hormat) pada masyayikh TBS,” jelasnya.
KH Choiruzyad TA sedang memberikan pesan kepada ribuan alumni yang datang di Silatnas. |
Sementara itu, KH Choiruzyad TA yang duduk di depan ribuan alumni TBS, didampingi para masyayikh, di antaranya KH M Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, KH M Arifin Fanani,
dan KH Musthofa Imron, menceritakan sejarah berdirinya madrasah TBS di zaman penjajahan Belanda. Dia mengajak para alumni untuk mengingat perjuangan sejarah pendirian
madrasah TBS yang dilakukan langsung oleh tangan para kiai khos pada
masa itu.
“Tidak seorang pun murid (TBS) boleh lupa dari mana mereka berasal, ojo
lali weton (jangan lupa asal-usulnya),” pesannya kepada ribuan alumni TBS
yang hadir.