Latest News

Kakek dari Peganjaran Ini Bersyukur Ada Pemilik Toko Menghutanginya Berjualan Sapu

SEPUTARKUDUS.COM, BARONGAN - Tak jauh dari Proliman, tepatnya di Desa Barongan, Kota, Kudus, terlihat seorang pria tua memikul beberapa sapu dan alat pel. Pria renta yang mengenakan baju batik, bercelana putih, terlihat memasuki sebuah gang dan di tangan kananya memegangi sebuah kipas anyaman bambu. Kaslan (80), nama lelaki itu, penjualan sapu dan kipas keliling. Karena tak memiliki cukup modal, dia harus berhutang di toko tempat dia memperoleh sapu, alat pel dan kipas yang dia jual.

kisah penjual sapu kelilling di kudus
Saat beristirahat setelah berjalan untuk menawarkan barang daganganya, Kaslam berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan, sebenarnya dia tidak punya modal untuk membeli berbagai macam dagannya tersebut. Tetapi  ada satu pemilik toko di Pasar Jember yang berbaik hati menghutangi beberapa sapu, alat pel dan kipas anyaman bambu untuk dia jual.

“Pemilik Toko di Pasar jember tersebut  memintaku untuk menjual saja dulu barang yang aku ambil, bayarnya setelah barangnya laku terjual. Biasanya setelah separuh daganganku laku terjual, aku datang ke toko tersebut untuk membayar dan mengambil lagi beberapa sapu dan kipas tangan sesuai dengan jumlah yang terjual,” kata Kaslan, beberapa waktu lalu.

Warga Desa Peganjaran, Bae, Kudus, mengungkapkan, pada hari itu, dia sudah menjual lima sapu. Sedangkan kipas anyamannya belum ada yang laku sama sekali. Kata Kaslan, dia menjual satu sapu tersebut seharga Rp 15 ribu, sedangkan kipas dia jual Rp 3 ribu.

“Aku sudah Delapan tahun berjualan sapu dan kipas anyaman bambu berjalan kaki keliling. Berangkat dari rumah sekitar pukul 6.30 WIB dan pulang sekitar pukul 15.30 WIB. Bila barang daganganku tidak habis aku bawa pulang, besok baru di jual lagi,” kata kakek empat anak tersebut.

Kaslan mengatakan, sebelum berjualan daganganya tersebut, dulu dia berjualan minyak tanah keliling. Setelah minyak tanah tersebut langka dan harganya mahal, dia memutuskan bekerja jadi kuli serabutan di kampungnya.


“Jadi kuli serabutan hanya beberapa pekan saja, karena tidak ada orang yang mau mempekarjakan orang tua seperti aku ini, yang berjalan saja tertatih dan mudah lelah. Makanya aku bersukur ketika ada pemilik toko di Pasar Jember  mau mempercayaiku,” ujarnya.