SEPUTARKUDUS.COM, JEKULO – Duduknya di samping Gus Dur dan KH Sya’roni Ahmadi. Dia memakai sorban putih dan rida' warna hijau yang disampirkan di pundaknya. Dialah KH Ahmad Basyir, yang terlihat duduk paling kanan dalam sebuah foto kegiatan dokumen milik Pondok Pesantren Darul Falah Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Pendiri pondok tersebut bukan keturunan seorang kiai, melainkan seorang penjahit.
KH Ahmad Jazuli Basyir, putra KH Ahmad Basyir yang kini menjadi satu di antara pengasuh Ponpes Darul Falah, menuturkan, ayahnya bukan lahir dari kalangan keluarga kiiai. Ayah KH Ahmad Basyir, yakni Muhammad Mubin atau Kasno, seorang penjahit rumahan. Sedangkan ibunya bernama Dasireh, seorang pedagang kecil. KH Ahmad Basyir lahir tanggal 30 November 1924 di Jekulo.
Dia menuturkan, KH Ahmad Basyir bisa dikenal sebagai kiai besar karena dulu mengabdikan diri kepada kiai. Menurutnya, seluruh hidupnya diabdikan kepada gurunya KH Yasin. “Abah (KH Ahmad Basyir) bukanlah keturunan kiai,”tuturnya kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Gus Jazuli, sapaan akrab KH Ahmad Jazuli Basyir, menceritakan, sebelum mengabdi kepada KH Yasin (sekarang Pondok Pesantren Al-Qaumaniiyyah) tahun 1923. Basyir kecil lulusan Sekolah Rakyat di Jekulo. Setelah lulus dia melanjutkan pendidikan di Kenepan Langgar Dalem milik KH Ma’mun Ahmad. Dia juga mengaji AL-Quran kepada KH Arwani Amin.
Menurutnya, KH Ahmad Basyir juga berguru kepada KH Irsyad (ayah KH Ma’ruf Irsyad) dan KH Khandiq kakak KH Turaichan Adjhuri. “Ilmu abah dari KH Khandiq, KH Irsyad, KH Ma’mun Ahmad dan ilmu Al-Qurannya dari KH Arwani Amin,” terangnya.
Dokumen Ponpes Darul Falah |
Dia menuturkan, KH Ahmad Basyir bisa dikenal sebagai kiai besar karena dulu mengabdikan diri kepada kiai. Menurutnya, seluruh hidupnya diabdikan kepada gurunya KH Yasin. “Abah (KH Ahmad Basyir) bukanlah keturunan kiai,”tuturnya kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Menurutnya, KH Ahmad Basyir juga berguru kepada KH Irsyad (ayah KH Ma’ruf Irsyad) dan KH Khandiq kakak KH Turaichan Adjhuri. “Ilmu abah dari KH Khandiq, KH Irsyad, KH Ma’mun Ahmad dan ilmu Al-Qurannya dari KH Arwani Amin,” terangnya.
Selanjutnya, setelah dirasa cukup dia mondok ke KH Yasin sambil membantu mengajar. Dia mengabdikan diri kepada gurunya tersebut. “Jadi saat mondok di KH Yasin, abah secara keilmuan sudah terisi,” tambahnya.
Gus Jazuli memberitahukan, KH Ahmad Basyir merupakan murid kesayangan KH Yasin. Menurut cerita, KH Ahmad Basyir sering diajak untuk wirid dan riadlah. Bahkan saking sayangnya, dia dituruni ijazah Dalail Khairat. “Sebenarnya ijazah Dalail Khairat yang punya bukan hanya Mbah Basyir saja. Namun kebanyakan orang datangnya ke Mbah Basyir, karena tanpa syarat,” ungkapnya.
Sepeninggal KH Ahmad Basyir tahun 2014, Pondok Pesantren Darul Falah dan Ijazah Dalail Khairat dilanjutkan tiga anak laki-laki dari delapan bersaudara. Yakni KH Ahmad Badawi Basyir, KH Ahmad Jazuli Basyir dan KH Muhammad Alamul Yaqin Basyir.
“Anak abah dengan ibu (Nyai Solekhah) ada delapan, yakni Dewi Umniyah, Inaroh Amti’ah, Ahmad Badawi, Arikhah, Saya (Muhammad Jazuli), Muhammad Asyiq (Almarhum), Nur Zakiyah Mabrurah dan terakhir Alamul Yaqin,” jelasnya.
“Anak abah dengan ibu (Nyai Solekhah) ada delapan, yakni Dewi Umniyah, Inaroh Amti’ah, Ahmad Badawi, Arikhah, Saya (Muhammad Jazuli), Muhammad Asyiq (Almarhum), Nur Zakiyah Mabrurah dan terakhir Alamul Yaqin,” jelasnya.