SEPUTARKUDUS.COM, MEJOBO – Sejumlah orang terlihat sibuk mengutak-atik miniatur
bus yang terbuat dari papan multiplek. Mereka sedang membuat bagian belakang bus secara teliti. Rencananya miniatur bus tersebut akan digunakan
untuk malam takbiran, Selasa (5/7/2017) di Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo,
Kabupaten Kudus.
Muhammad Arifin, satu di antara pembuat miniatur bus tersebut, menuturkan, dirinya memilih membuat bus karena peraturan panitia takbir keliling tidak membolehkan membuat miniatur hewan. “Miniatur hewan atau yang bernyawa tidak boleh di Mejobo. Jadi yang dibuat benda-benda mati, misalnya bus,” tuturnya saat ditemui Seputarkudus.com di kediamannya.
Rencananya Arifin akan membuat bus yang diberi nama Bus Safania. Pembuatan bus tersebut disesuaikan dengan tema yang diangkat tentang mudik Lebaran. Menurutnya, nanti di dalam miniatur bus ada beberapa orang yang membawa tas besar layaknya seorang yang sedang mudik. Juga ada dibarisan depan beberapa orang yang sedang kecelakaan. “Kami ingin memberikan pesan bahwa ketika sedang mudik harus hati-hati di Jalan,” jelasnya.
Muhammad Arifin, satu di antara pembuat miniatur bus tersebut, menuturkan, dirinya memilih membuat bus karena peraturan panitia takbir keliling tidak membolehkan membuat miniatur hewan. “Miniatur hewan atau yang bernyawa tidak boleh di Mejobo. Jadi yang dibuat benda-benda mati, misalnya bus,” tuturnya saat ditemui Seputarkudus.com di kediamannya.
Rencananya Arifin akan membuat bus yang diberi nama Bus Safania. Pembuatan bus tersebut disesuaikan dengan tema yang diangkat tentang mudik Lebaran. Menurutnya, nanti di dalam miniatur bus ada beberapa orang yang membawa tas besar layaknya seorang yang sedang mudik. Juga ada dibarisan depan beberapa orang yang sedang kecelakaan. “Kami ingin memberikan pesan bahwa ketika sedang mudik harus hati-hati di Jalan,” jelasnya.
Menurutnya, di Kecamatan Mejobo, hanya Desa Mejobo yang menetapkan peraturan tersebut. Peraturan muncul sekitar tahun
2000. Dia menceritakan, dulu di desanya dibolehkan untuk membuat miniatur
hewan. Namun karena saran yang berakhir larangan dari kiai-kiai di Desa
Mejobo, akhirnya hanya boleh membuat miniatur benda mati.
“Alasannya saya kurang terlalu jelas. Kata para kiai kalau membuat (miniatur) hewan nanti di akhirat dimintai pertanggungjawaban dan menyamai ciptaan dari Allah,” terangnya.
“Alasannya saya kurang terlalu jelas. Kata para kiai kalau membuat (miniatur) hewan nanti di akhirat dimintai pertanggungjawaban dan menyamai ciptaan dari Allah,” terangnya.
Dia mengungkapkan, takbir keliling di Mejobo tidak
menggunakan kendaraan. Peserta akan berjalan kaki mengitari desa dan miniaturnya
akan dibawa dengan gerobak. “Peserta tidak dibolehkan membawa kendaraan motor. Semua berjalan kaki dan miniaturnya dibawa dengan songkro (gerobak),” tambahnya.
Menurutnya, takbir keliling yang ada di Desa Mejobo diikuti
dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Peserta nanti akan berjalan berbaris membawa spanduk, lampion, obor dan miniatur. “Peserta yang mengikuti sekitar 15 kelompok dari masjid dan musala yang ada di Desa Mejobo,” tuturnya.
Kegiatan Takbir Keliling yang diadakan Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama (IPNU) Ranting Desa Mejobo, menurutnya selain kreasi miniatur, juga
menilai tentang kekompakan dan kerapian selama kegiatan berlangsung. “Yang
menilai diambilkan dari luar desa,” tambahnya.
Dia menuturkan, pihanya mengikuti lomba takbir keliling ini
bukan mengejar hadiah yang ditawarkan, melainkan ingin ikut serta meramaikan
malam takbiran bersama masyarakat.”Hadiahnya tidak seberapa. Dua
tahun lalu kami menang hanya dapat buku fasolatan, Al-Quran dan tropi,”
ungkapnya.