SEPUTARKUDUS.COM, GETAS PEJATEN - Dua orang pekerja tampak sibuk di sebuah bengkel knalpot di Di Getas Pejaten, Kecamatan Jati,
Kudus. Sedangkan di ujung depan bengkel
tampak pria berkaus sedang duduk di kursi mengawasi dua pekerjanya
tersebut. Pria tersebut bernama Sucipto (61), pemilik bengkel knalpot tersebut yang hanya lulusan sekolah rakyat (SR). Dia mendirikan bengkel dari modal menjual sepeda, mesin jahit, dan hutang dari sebuah bank.
Sucipto menuturkan, dirinya mendirikan usaha bengkel miliknya hanya bermodal Rp 75 ribu. Awalnya, bengkelnya tersebut bukan bengkel knalpot, melainkan bengkel becak. Bengkelnya itu didirikan pada tahun 80-an. Modalnya itu dikumpulkan dari hasil menjual sepeda, mesin jahit serta masih mengambil pinjaman kredit di bank sebesar Rp 25 ribu.
Sucipto menuturkan, dirinya mendirikan usaha bengkel miliknya hanya bermodal Rp 75 ribu. Awalnya, bengkelnya tersebut bukan bengkel knalpot, melainkan bengkel becak. Bengkelnya itu didirikan pada tahun 80-an. Modalnya itu dikumpulkan dari hasil menjual sepeda, mesin jahit serta masih mengambil pinjaman kredit di bank sebesar Rp 25 ribu.
“ Sebelum mendirikan bengkel becak, aku bekerja di
bengkel milik warga Tionghoa selama 11 tahun. Upah dari bekerja tersebut
aku kumpulkan lalu aku belikan sepeda, serta mesin jahit. Hingga pada suatu
ketika timbul dalam pikiranku untuk mendirikan bengkel sendiri," ujar Sucipto kepada Seputarkudus.com, beberapa waktu lalu.
Untuk mewujudkan keinginannya membuat bengkel, dia menjual sepeda dan mesin jahit
tersebut. Tetapi uang yang terkumpul dari penjualan dua barang itu masih kurang. Sehingga dia putusakan untuk mengambil pinjaman kredit dari
sebuah bank,” ungkap Sucipto.
Sejak awal didirikan, bengkel becak milik Sucipto banyak dikenal banyak orang. Bahkan tak jarang pelanggan di tempat dia bekerja dulu berpindah menjadi pelangganya. Hingga pada tahun 90-an bengkel becak Sucipto mulai sepi.
Sejak awal didirikan, bengkel becak milik Sucipto banyak dikenal banyak orang. Bahkan tak jarang pelanggan di tempat dia bekerja dulu berpindah menjadi pelangganya. Hingga pada tahun 90-an bengkel becak Sucipto mulai sepi.
“Dengan melihat bengkelku yang mulai sepi pelanggan, aku
mulai berpikir untuk mengganti jenis usaha, tetapi pada waktu itu masih bingung.
Hingga pada tahun 1992 aku mengubah bengkel becaku menjadi bengkel knalpot
motor,” kata pria yang mengaku hanya lulus SR tersebut.
Sucipto menjelaskan, pada tahun itu sepeda motor di
Kudus sudah lumayan banyak. “ Sebab itulah aku
mendirikan bengkel knalpot,” tutur Sucipto.
Harga servis knalpot di bengkel Sucipto saat ini sekitar Rp
35 ribu sampai Rp 50 ribu, tergantung tingkat kesulitannya. Sedangkan untuk
mengganti tabung knalpot harganya sekitar Rp 85 ribu sampai Rp 125 ribu. Sucipto
mengaku, dengan harga tersebut dia bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar
Rp 6 juta sebulan.
“Di bengkelku ada tiga orang pekerja harian lepas dengan
gaji antara Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu sehari. Lokasi bengkel ini sewa
pihak PJKA dengan membayar sekitar Rp 2 juta per tahun,”
ungkapnya.