Latest News

Ingin Tetap Sekolah, Saiful Pilih Jualan Es di Dandangan Ketimbang Ngamen

SEPUTARKUDUS.COM, DANDANGAN – Tangannya cekatan mengambil, memmotong, dan memeras jeruk dengan alat pres. Malam itu dia tampak kebanjiran pembeli. Selain es jeruk, sejumlah pembeli juga memesan minuman Pop Ice dengan berbagai rasa. Di adalah Saiful Bahri (17), mantan pengamen jalanan yang kini berjualan minuman di Dandangan, Jalan Sunan Kudus. 
berhenti mengamen berjualan es
Saiful memeras jerus untuk membuat es yang dipesan pembeli di Dandangan, Jalan Sunan Kudus, beberapa waktu lalu. Foto: Imam Arwindra

Setelah sepi pembeli, Saiful berbagi kisah hidupnya kepada Seputarkudus.com. Setelah menghela nafas, dia mulai bercerita. " Saya memilih pensiun dini jadi pengamen. Sekarang jualan es, kadang jaga parkir motor di depan toko,”  katanya.

Saiful tinggal di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kudus. Dia mengungkapkan, dirinya mulai mengamen sejak kelas enam SD. Tempat dia mengamen di kawasan Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. “Pertama kali mengamen dulu masih kelas enam SD, bareng sama teman-teman di kawasan Alun-Alun Kudus,” tuturnya.

Selain di Alun-alun Kudus, dia juga berpindah-pindah untuk mengais recehan. Kelas dua SMP dia mengamen di pasar-pasar. Setelah masuk SMA, dia sering mengamen di bus. “Tempat mengamennya berpindah-pindah, Alun-alun, pasar dan terakhir di bus. Sehari bisa dapat Rp 30 ribu hingga 70 ribu,” tambahnya.

Dia mengaku sudah berhenti mengamen ketika kelas dua SMA. Menurutnya, dia ingin fokus belajar sambil membantu ibunya dengan berjualan minuman dan menjadi tukang parkir.

“Bapak saya sudah meninggal ketika saya berumur empat tahun. Saya tinggal bersama ibu saya di Desa Demaan, dekat bantaran Sungai Gelis,” ungkapnya.

Berjualan Es Sambil Baca Buku
Saiful mengaku ingin tetap sekolah walau harus mencari uang sendiri. Dia menuturkan ibunya bekerja sebagai tukang parkir di pertokoan Jalan Sunan Kudus. Ketika Dandangan berlangsung, ibunya menjajakan makanan ringanuntuk menambah penghasilan keluarganya.

“Saya harus tetap sekolah, ibu saya matian-matian membiayai saya hingga kini kelas dua SMA,” ungkapnya yang sekarang masih sekolah di SMA swasta di Kudus.

Menurutnya, dulu dia membantu ibunya dengan mengamen. Karena dia ingin fokus sekolah dan sebentar lagi kelas tiga, dia memutuskan untuk menjadi penjual minuman dan tukang parkir. “Kalau pengamen mau belajar susah, karena di jalan terus. Namun jika menjadi tukang parkir atau jualan minuman bisa sambil baca buku,” ungkapnya.

Saiful memberitahukan, dia hanya berjualan saat Dandangan saja. Ketika Dandangan selesai, dia menjadi tukang parkir. Uang yang didapat dari menjadi tukang parkir sebesar Rp 50 ribu setiap harinya.  “Jaga parkirnya dari usai Magrib hingga pukul 22.30 malam. Saya diberi Rp 50 ribu,” ungkapnya.

Dia menambahkan, hasil dari berjualan minuman di Dandangan dia mendapatkan Rp 30 ribu dari pemilik usaha. “Kalau jualan minuman seharinya dapat Rp 30 ribu,” tutur dia yang ingin berkuliah di jurusan Teknik Mesin.