Latest News

Jika Kerupuknya Terjual, Jumisih Bisa Memasak untuk Buka Puasa Bersama Suami dan Anaknya

SEPUTARKUDUS.COM, PLOSO - Di bawah terik matahari di pertigaan barat Pasar Bitingan tampak seorang perempuan mengenakan baju merah motif kembang. Perempuan mengenakan caping itu sedang bersandar tembok sebuah pabrik rokok, sambil memegangi sepedanya. Di boncengan sepeda terlihat bungkusan plastik besar berisi kerupuk, yang hendak ia jual kepada para buruh pabrik. Setelah mendapat uang dari menjul kerupuk, dia belanja kebutuhan dapur, kemudian memasak untuk buka puasa bersama suami dan anaknya.
Jumisih (53), nama perempuan penjual kerupuk tersebut. Biasanya selain dia bisa menjual habis dua kantong plastik besar yang berisi 2 ribu kerupuk. Dari hasil penjualan dua kantong besar plastik tersebut Jumisih mendapatkan untung Rp 30 ribu. Tetapi pada Ramadan ini dia hanya mampu menjual seprauh dari hari biasa, dan hanya bisa mendapat untung Rp 15 ribu.

“Hari ini termasuk bagus, aku sudah menjual habis seribu kerupuk dan tadi ambil lagi dan tinggal separuhnya. Lumayan hari ini sudah mendapat untung sekitar Rp 20 ribu. Tetapi para buruh pabrik rokok sudah pulang jadi yang separuh itu tidak bakal habis terjual,” kata Jumisih kepada Seputarkudus.com.

Warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Jati, Kudus, mengaku sudah tiga tahun berjualan kerupuk. Dia berjualan sejak tak bekerja lagi sebagai buruh pabrik rokok tiga tahun silam.

Dia berangkat dari rumah sekitar pukul 07.00 WIB, lalu belanja kerupuk yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu menuju tempat dia berjualan di samping Pabrik Nojorono, di Jalan KH Wahid Hasyim, Kudus. Jumisih pulang tidak lama setelah para buruh pulang meskipun kerupuk yang dia jual belum habis.

“Kalau buruh rokok semua sudah pulang, aku ya pulang meskipun belum habis. Soalnya yang biasa beli kerupukku itu mereka. Aku pulang lalu belanja dari untung yang aku dapat dari menjual kerupuk. Sampai di rumah masak seadanya buat persiapan buka puasa, aku, suamiku serta anaku,” ujar Jumisih.