Di sebuah pasar yang tidak begitu besar, terlihat beberapa pedagang baru membuka kios- kiosnya, padahal waktu telah menunjukan pukul 10.00 WIB. Pasar di selatan Jalan Mejobo, tepatnya di sekitar Brak Djarum Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, merupakan satu di antara banyak pasar tumpah yang ada di sekitar pabrik rokok.
Di sebuah lapak paling utara di Brak Djarum, tampak seorang wanita paruh baya sedang menata barang daganganya. Munsiroh, nama wanita tersebut, mengaku beruntung karena tempat dia berjualan disediakan oleh PT Djarum.
“Kami para pedagang di pasar dadakan Brak Megawon ini bersyukur karena disediakan lokasi seperti pasar. Untuk berdagang oleh pihak Djarum, para pedagang tidak dipungut uang sewa, paling hanya membayar uang kebersihan Rp 2 ribu setiap hari,” ujar Munsiroh kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Munsiroh menuturkan, pedagang yang ada kios-kios pasar yang dulunya berdagang di pinggir jalan, tak jauh dari Brak Djarum Megawon. Karena aktivitas mereka mengganggu lalu lintas, oleh pihak Djarum dibelikan tanah dan dibangun pasar. Kemudian para pedagang diminta pindah dan menempati lapak-lapak yang ada di dalam pasar tersebut.
“Pasar Dadakan itu yang belanja kebanyakan buruh Djarum. Jadi saat buruh pulang itulah puncak keramaian pasar ini,” kata perempuan yang mengaku mendapatkan omzet Rp 1,5 juta sehari.
Pasar tumpah memang sebuah fenomena unik di antara bangunan-bangunan brak Djarum berdiri. Keberadan para pedagang di pasar yang menjual segala kebutuhan sehari-hari, sangat dibutuhkan para buruh yang kebanyakan ibu rumah tangga.
Sulastri (33), satu di antara buruh Djarum menuturkan, keberadaan pasar di sekitar brak sangat membantu para buruh. “Para buruh Djarum yang setiap keluar dari pabrik langsung dapat upah. Kami bisa langsung berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar yang ada di sekitar pabrik. Ini sangat menghemat waktu kami, anak dan suami masih bisa terurus,” ungkapnya.