SEPUTARKUDUS.COM, RENDENG - Lalu lantang kendaraan terlihat lancar di Jalan Jendral Sudirman, kawasan Pentol, Kudus, Kamis (19/5/2016). Di seberang jalan seorang tukang becak sedang menunggu penumpang. Dia adalah Noor Salim (50), tukang becak dari Desa Sukolilo, Pati. Tiap malam dirinya tidur dibecak dan setiap pekan pulang ke kampung membawa uang Rp 300 ribu.
Seorang tukang becak menunggu penumpang tak jauh dari kawasan Pentol, Desa Rendeng, Kota, Kudus. Foto Imam Arwindra |
Raut muka Salim tampak letih, saat berteduh di bawah pohon dekat papan reklame, siang ini. Salim duduk di jok depan sambil merebahkan tubuh untuk menunggu penumpang yang menggunakan jasanya. Dia mengatakan, hari ini baru mendapat satu penumpang. Uang yang didapat baru Rp 6 ribu.
“Sehari ini baru dapat satu penumpang, ini uang saya,” ungkap Salim sambil melihatkan 3 pecahan uang Rp 2 ribu.
Dia menuturkan, dalam sehari rata-rata memperoleh uang antara Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Tak jarang dalam sehari dirinya hanya mendapat Rp 20 ribu. “Kalau ramai bisa sampai Rp 50 ribu, namun kadang juga pernah Rp 20 ribu. Cukup untuk makan,” ungkap seorang kakek yang mengaku telah memiliki beberapa cucu.
Noor Salim menuturkan, pagi hingga malam dia mangkal di kawasan Pentol. Setiap malam tidur di becaknya sambil menunggu penumpang yang datang malam hari. “Kalau tidur ya di becak. Namun kadang-kadang di depan dealer motor Yamaha (sebrang Gedung Ngasirah) kalau lagi hujan,” tambahnya.
Dia menjelaskan, uang hasil mengayuh becak yang didapat dikumpukan untuk diberikan keluarganya sepekan sekali. “Biasanya pulang sepekan sekali. Namun kalau sepi bisa molor 10 hari,” tuturnya.
Setiap pulang dia memberikan uang kepada istrinya uang sebanyak Rp 300 ribu. Namun tak jarang kurang dari jumlah tersebut, saat dirinya tak banyak mendapat penumpang. “Tergantung ramai atau tidak”, tambahnya.
Noor Salim mulai bekerja sebagai tukang becak di Kudus sejak tahun 1999. Dulu, dia
mengaku bekerja sebagai pengantar susu. Karena penghasilannya sedikit, akhirnya
dia berpindah menjadi tukang becak.
“Saya di Kudus sejak kecil, sekitar tahun 1981 saat itu menjadi pengantar susu. Karena hasilnya sedikit akhirnya saya berpindah menjadi tukang becak,” tuturnya.