SEPUTARKUDUS.COM, BOJANA – Tempat di jantung
kota tak jauh dari Alun-alun Simpang Tujuh Kudus ini seperti tak ada matinya. Taman Bojana, nama tempat tersebut, yang saat ini menjadi pusat kuliner khas Kudus, dulu merupakan tempat di mana Gedung Bioskop Karya berdiri. Bioskop itu dikenal karena seringnya memutar film-film India.
Rif'ati (69), warga Sunggingan, Kecamatan Kota, yang kini berjualan di Taman Bojana, menceritakan, pada tahun 60-an termasuk
bioskop besar yang kebanyakan memutar film-film India. Dia menuturkan, bioskop di Taman Bojana bernama bernama Bioskop Karya. Seiring waktu, namanya
berubah menjadi Bioskop Ramayana.
“Dulu saya sering menonton film India di Bioskop Karya. Kalau zaman dulu, Bioskop Karya khasnya film-film India,” tambah dia ketika ditemui di kediamannya, Rabu (25/5/2016).
Rif’ani menceritakan, artis India yang dia ingat di antaranya Raj Kapoor,
Dev Anand, Meena Kumar, dan Dilip Kumar. “Filmnya kalau tidak salah namanya
Madhumali, aktornya Dilip Kumar,” ungkapnya.
Selain film India, dia juga ingat Bioskop Karya memutar film-film Indonesia
yang dibintangi Barry Prima dan Roma Irama. “Intinya yang tentang percintaan,”
tambahnya.
(Baca juga: Bioskop Garuda Kudus, Milik Orang Tionghoa yang Dinasionalisasi Masa Bung Karno (1))
(Baca juga: Bioskop Garuda Kudus, Milik Orang Tionghoa yang Dinasionalisasi Masa Bung Karno (1))
Selain Bioskop Karya, Rif'ati menjelaskan, di kawasan Alun-alun juga berdiri Bioskop Garuda yang dulu bernama Gren dan Bioskop Ria yang dulu bernama Oen. Saat ini tempat bioskop tersebut dibuat lahan parkir timur Mall Ramayana.
Bangunan Bioskop Ria, yang kini menjadi tempat parkir Mall Ramayana Kudus. Foto: Imam Arwindra |
“Bioskop Garuda, khasnya film-film Barat. Misalnya Ramboo dan James Bond. Tapi juga memutar film-film Indonesia,” ungkap Rif’ati.
Hiburan Masyarakat Paling Diminati Era Tahun 60-an
Rif’ati menambahkan, hiburan paling diminati saat itu memang menonton di bioskop. Terutama anak muda, apa saja bisa ditinggalkan, hanya karena alasan untuk menonton film.
Dia mengingat, dulu pernah disuruh bapaknya untuk belanja
di Pasar Kliwon. Ketika menuju pasar dia bertemu temannya dan diajak untuk
menonton film India terbaru. Akhirnya dia berbelok menuju Bioskop Ramayana. “Wis, delok film
ndipek. Belonjone keri (Nonton film dulu, belanjanya nanti saja),”
ungkapnya.
Sementara itu, sejarawan Kudus Eddy Yusuf menuturkan, di Kudus pada tahun 60-an ada tujuh bioskop yang beroprasi. Tiga di antaranya termasuk bioskop elit pada zamannya.
Dia menjelaskan, yang termasuk elit ialah bioskop yang berada
di kawasan Alun-alun Kudus, antara lain, Bioskop Garuda, Karya dan Ria. Untuk
yang menengah ke bawah, Kudus Teater, Bioskop Citra, Bioskop Plasa. “Dan satunya
di Jekulo, Bioskop Ratna,” ungkapnya.
Eddy memberitahukan, menonton film di bioskop merupakan hiburan yang paling diminati masyarakat Kudus pada era tersebut. Karena dulu belum ada CD atau DVD. Stasiun TV pun hanya ada channel yakni TVRI.
“Dulu channel TV hanya TVRI. Sedangkan tayangannya
membosankan. Jadi masyarakat kalau ada film baru, langsung berbondong-bondong
ke bioskop,” ungkapnya.