Latest News

Jamu Nyah Bancan Diwariskan Generasi Keempat, Perlengkapan Gong Masih Tersimpan (2)

SEPUTARKUDUS.COM, PANJUNAN - Suasana pagi, Jumat (13/5/2016), di Jalan Agus Salim, Kelurahan Panjunan, Kota Kudus, tampak sepi. Beberapa orang memarkir sepeda motor di depan sebuah gerbang tua warna hijau yang di atasnya terdapat patung singa, harimau dan burung. Gerbang tersebut merupakan pintu masuk rumah milik Nyah Bancan, penjual jamu yang kaya raya di Kudus yang sangat melegenda.
rumah nyah bancan
Rumah milik Nyah Bancan di Jalan Agus Salim, Kelurahan Panjunan, Kota, Kudus. Foto: Imam Arwindra

Di balik gerbang, duduk lima orang laki-laki tua sedang asik berbincang. Seorang lelaki tua di antaranya tengah duduk membersihkan kutu anjing. Di sebelah barat gerbang terdapat dua batu nisan bertuliskan huruf Mandarin. Di bagian bawah nisan tersebut terdapat tulisan Tjan Ban Tjoan dan Go Ging Nio.

Menurut E Gua (70), laki-laki tua yang membersihkan kutu anjing, Tjan Ban Tjoan dalam nisan tersebut nama asli Nyah Bancan. Sedangkan Go Ging Nio adalah istri Nyah Bancan. E Gua mengaku generasi ketiga, atau cucu Nyah Bancan.

"Saya ini cucunya (Nyah Bancan). Orang tua saya dipercaya untuk meneruskan penyewaan gong. Sedangka saudara orang tua saya dipasrahi untuk mengelola jamu," kata E Gua kepada Seputarkudus.com. (Baca juga: Kaya Raya, Nama Nyah Bancan Menjadi Legenda (1))

Seingat E Gua, Nyah Bancan meninggal sekitar tahun 1914 dan istrinya Go Ging Nio tahun 1935. “Seingat saya Tjan Ban Tjoan meninggal 1914, istrinya sudah jelas di batu nisan tertulis tanggal 23 April 1935,” ungkapnya.
makam nyah bancan kudus
Nisan Nyah Bancan bersama istrinya. Foto: Imam Arwindra
Menurutnya, gong dan perlengkapan pertunjukan wayang milik Nyah Bancan masih tersimpan di dalam rumahnya. “Gongnya di dalam, tapi tidak usah dilihat ya, di sini saja,” katanya.

Di sebelah barat pintu gerbang rumah milik E Gua, terdapat pintu gerbanng yang di depannya ada sebuah plang bertulis "Jamu Mbancan". Di balik gerbang tersebut terdapat sebuah rumah tua. Di depan rumah terlihat seorang lelaki memindahkan kandang burung di dekat pohon mangga. Di bagian depan kiri dan kanan rumah puluhan kandang burung digantungkan. Pria tersebut bernama Chan Yan Sin, generasi keempat, atau buyut Nyah Bancan.

Di depan ruang utama, ada beberapa produk jamu di atas meja yang dipersiapkan untuk pembeli yang datang. Sebagian jamu ada yang telah dikemas dan sebagian di antaranya belum dikemas.
Jamu Nyah Bancan Kudus
Pintu gerbang rumah Nyah Bancan yang hingga kini digunakan untuk menjual jamu. Foto Imam Arwindra

Tak jauh dari rumah milik Nyah Bancan, tepatnya sekitar 100 meter di Jalan A Yani, Kudus, terdapat sebuah klenteng bernama Hok Hien Bio. Penjaga klenteng tersebut, Kundori, menceritakan, keluarga Nyah Bancan hingga kini masih sering datang ke klenteng untuk bersembahyang. 

"Terutama Yan Shin, dia sering datang ke sini untuk bersembahyang," kata Kundori kepada Seputarkudus.com, saat ditemui di klenteng.

Kundori mengatakan tahu banyak tentang Nyah Bancan yang namanya menjadi legenda bagi sebagian masyarakat di Kudus dan sekitarnya. Klenteng yang masuk dalam wilayah Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, dan berbatasan dengan Kelurahan Panjunan, di mana rumah milik Nyah Bancan terletak di sana.

Menurutnya, rumah milik Nyah Bancan kini dibagi dua. Saat ini ditempati E Gua dan Yan Shin. E Gua yang merupakan generasi ketiga mewarisi gong milik Nyah Bancan, dan Yan Shin yang merupakan generasi keempat melanjutkan penjualan jamu yang membuat Nyah Bancan tersohor.