Purwoko Riris, dalang muda di Kudus yang dulu vokalis band indie ternama. (Foto: FB) |
"Sejak tahun 2013 lalu saya mulai belajar mendalang kepada bapak. Pilihan menjadi dalang adalah panggilan jiwa," ujar Purwoko kepada Seputarkudus.com, Rabu (30/3/2016).
Ayahnya merupakan dalang kondang yang telah lama dikenal masyarakat, khsusunya di Kudus. Selain ayahnya, leluhur Purwoko juga seorang dalang. Menjadi dalang merupakan garis hidup yang tak bisa dipisahkan dari para leluhurnya. "Buyut-buyut saya dulu juga seorang dalang. Ini (menjadi dalang) adalah panggilan jiwa dan nurani," tutur pemuda yang lahir 1986 itu.
Menurutnya, hal paling sulit dari mendalang yakni tentang tutur sastra Jawa yang harus dia bawakan saat tampil. Pada saat awal tampil sebagai dalang, dirinya pernah beberapa kali diledek karena salah. Namun, ledekan tersebut dianggap sebagai cambuk untuk terus belajar dan memperbaiki kemampuannya.
"Pernah diledek, suluknya salah lah, bahasanya salah lah, penyanyi band lah. Dan itu terjadi dihadapan banyak penonton. Saya anggap itu menjadi penyemangat agar selanjutnya bisa tampil lebih baik. Karena kalau mau belajar, hal itu akan bisa diatasi dengan mudah," kata alumni SMK Wisuda Karya Kudus tersebut.
Purwoko telah banyak tampil di berbagai tempat di Kudus dan Demak. Dia terus belajar untuk menjadi dalang kondang seperti ayahnya. Tiga tahun belajar, menurutnya masih kurang. Dia terus menimba ilmu dan pengalaman dari ayahnya.
Vokalis Band Indie Ternama
Dia menceritakan, sudah sekitar tiga tahun dirinya meninggalkan dunia musik yang sempat membesarkan namanya di komunitas band indie di Kudus, Veho Band. Itu dilakukannya demi untuk serius belajar menjadi dalang. Meski begitu, dia tidak akan pernah melupakan band yang telah memberi banyak pelangalaman pada dirinya.Purwoko Riris saat tampil dalam sebuah acara sebagai vokalis Veho Band. (Foto: FB) |
"Sekarang sudah tidak ngeband lagi. Paling hanya temu kangen dengan temen-temen (band) kalau ada waktu," tuturnya.
Menurut Purwoko, apa yang telah dilakukan demi untuk nguri-nguri kebudayaan adiluhung yang telah diwariskan para leluhur. Dia juga ingin memberi contoh kepada generasi muda, khususnya di Kudus, untuk terus menjaga adat ketimuran.
"Jiwa boleh rocker atau apapun lah, tetapi hati dan perilaku harus tetap teguh pada kebudayaan Jawa yang adiluhung," katanya.