SEPUTAR KUDUS - Sutikno bersama keluarganya sebelum berangkat mendalang. |
Sutikno sering diundang untuk tampil di berbagai acara di luar kota. Termasuk di Semarang, sejumlah pihak sering mengundangnya. Sutikno diminta mempertunjukkan Wayang Klithi, tidak hanya dalam even-even kebudayaan, namun juga even lain di dalam kampus dan acara pemerintahan.
Ketenaran dan kekaguman sebagian masyarakat terhadap dirinya, tak berbanding dengan kehidupannya sehari-hari. Sutikno kini tinggal di sebuah rumah, yang bukan miliknya sendiri. Rumah tersebut ditinggali Sutikno, berkat keprihatinan Pemerintah Desa Wonosoco. Rumah yang ditinggali bersama istri dan satu anaknya, yang masih berumur sekitar tiga tahun, sebagai balasan pemerintah desa karena jasanya sebagai dalang Wayang Klithik.
"Sehari-hari bekerja serabutan. Kadang ke sawah, kadang menjadi kuli bangunan. Tergantung siapa yang membutuhkan tenaga saya,” ujar Sutikno.
Sutikno mengatakan, tak semua yang menaruh perhatian terhadap Wayang Klithik dan dirinya selalu memiliki niat baik. Terkadang ada sejumlah pihak yang memanfaatkan keahlian unik yang dimilikinya menjadi dalang Wayang Klithik. Dia bercerita, pada suatu acara dia diundang untuk ndalang membawakan Wayang Klithik. Honor yang diberikan, ternyata dipotong oleh perantara dirinya dengan panitia.
"Masak honor dia (perantara) dengan saya hampir sama. Saya ndalang semalam suntuk. Lah dia tidak melakukan apa-apa,” keluhnya.
Meski begitu, pria yang hanya lulus sekolah dasar (SD) itu tidak begitu mempersoalkannya. Baginya, rezeki sudah ada yang mengatur. Dia berharap bisa membahagiakan keluarga, dan tetap menjadi dalang Wayang Klithik. Kini dia aktif mendidik sejumlah pemuda di Desa Wonosoco menjadi dalang seperti dirinya. Dia ingin ada banyak generasi penerus yang bisa mewarisi dirinya sebagai dalang Wayang Klithik.