Kabuapten Kudus, mayoritas warganya merupakan warga Nahdhatul Ulama (NU) atau Nahdhiyyin. Kemana suara mayoritas ini akan dilabuhkan, ke Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta?
Secara bentuk, NU bukanlah organisasi politik. Hal ini sesuai dengan ditegaskannya posisi dalam khittoh yang dicetukan pada masa Kepengurusan almarhum Gus Dur. Namun, sejak dulu organisasi ini membebaskan warganya untuk memiliki pilihan politik.
Dari para tokoh NU, Partai Kebangkitan Bangsa dilahirkan. Partai ini juga telah diklaim rumah besar warga Nahdhiyyin dalam politik praktis, meski tak semua warga NU masuk dalam gerbong paryai pimpinan Muhaimin Iskandar ini.
Dalam pilpres tahun ini, PKB telah menyatakan dukungannya pada pasangan Jokowi-JK. Bahkan, Cak Imin -sapaan akrab Muhaimin Iskandar- berujar akan memberikan sekitar 12 juta suara untuk pasangan ini, tentu termasuk suara warga Nahdhiyyin di Kudus.
Dalam Pemilu Legislatif April lalu, PKB memperoleh suara cukup signifikan. Ditambah lagi, kini beberapa tokoh PKNU yang gagal mengukuti pemilu tahun ini, bergabung kembali ke PKB. Basis dukungan dua partai ini, di Kudus cukup besar. Dalah hitungan kertas, tentu dukungan warga Nahdhiyyin di Kudus yang mendukung dua partai tersebut, akan memberikan dukungan pada pasangan Jokowi-JK. Belum lagi, warga NU yang berafiliasi dengan partai selain dua partai hijau tersebut.
Namun, sebagaimana banyak dikutil, politik adalah seni dari segala kemungkinan. Gus Dur pun pernah menyatakan, warga NU falam politik tidak kemana-mana, namun ada di man -mana. (Mase Adi Wibowo)