Latest News

Sanggar Puring Sari Kudus, Mencetak Generasi Penari di

SEPUTAR KUDUS - Sejumlah anak berlatih menari di Sanggar Seni Puring Sari, Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. 
SEPUTAR KUDUS - Mencari bakat menari memang tidak mudah, apalagi untuk tarian daerah yang dianggap tidak ngepop lagi. Di sanggar Seni Puring Sari, Jalan Bubutan nomor 208, Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus muncul bakat-bakat seni tari yang kini menjadi andalan. Sanggar yang mengajarkan tarian klasik tersebut telah banyak menyabet gelar, baik di tingkat lokal maupun internasional.

Salah satu piala yang sangat membanggakan bagi Indonesia diraih sanggar yang sudah berdiri sejak tahun 1980 tersebut ketika anak didiknya menjuarai Festival Tari Internasional yang digelar di Nusa Dua Bali pada tahun 2000 sebagai Best Perform. Piala-piala lain yang didapat sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Hingga rumah yang sekaligus menjadi sanggar tersebut penuh dengan piala, bahkan sampai berjejal di halaman rumah.

Salah satu anak didik sanggar tersebut adalah Tania Artpriend Nova yang sekarang duduk di kelas 5 SD. Perempuan kecil bertubuh langsing tersebut belum lama ini telah meraih juara 3 tingkat nasional di Jakarta. Sebenarnya, Tania mampu menjadi juara satu andai kata kompetisi tersebut pesertanya tingkat SD atau SMP, namun dirinya merasa cukup bangga meskipun hanya menjadi juara 3.  Karena kompetisi tersebut pesertanya umum. Tak hanya itu, Tania juga meraih juara 1 tari gambyong di tingkat Jawa Tengah dan Kudus.

Menurut sang pemilik, Endang Tonny Supriyadi (42) yang juga sebagai pelatih utama mengungkapkan keberhasilannya dalam mendidik anak untuk menjadi penari memang sangat sulit dan harus memiliki kesabaran. Bakat-bakat unggulan yang diperoleh bukan muncul begitu saja, namun Ia bentuk dari nol hingga mampu menari bak penari professional.

Menurut Endang sanggar tarinya tersebut memang mendidik penari dari kecil, mulai dari play grup hingga remaja tingkat SMA. Mereka belajar tari klasik daerah mulai dari Jawa Jogjakartanan dan Surakartanan hingga berbagai daerah di Indonesia. Untuk daerah Jawa mereka Ia ajarkan tari gambyong, tari kretek dan tari panen raya.

“Kami selalu menjadi andalan Kudus di berbagai kejuaraan tari, setiap ada perlombaan pasti kami yang diminta untuk mewakili Kudus,” tuturnya.

Untuk eksis di dunianya Endang tak khawatir dengan perkembangan dunia tari yang menjadi jiwanya. Ia dilahirkan dari keluarga seni yang menggeluti dunia tari, ayah dan ibunya adalah seorang penari Jawa yang sekarang Ia teruskan.

“Saya tetap optimis dapat meneruskan perjuangan untuk nguri-nguri kebudayaan leluhur, meskipun jarang ada yang mendukung langkah saya” ungkap Endang.

Dalam menjalankan usahanya tersebut Ia dibantu 6 asisten, mereka membantunya untuk berbagai jenis tarian klasik daerah. Jika latihan biasa, merekalah yang mewakili saya untuk melatih anak-anak, namun jika ada kejuaraan atau even khusus Endang sendiri yang akan melatih. Endang menambahkan, latihan rutin dilaksanakan tiga kali seminggu, mulai pukul 14.00 hingga pukul 19.00.

Endang menceritakan Untuk agenda terdekat ini Ia mempersiapkan anak didiknya untuk mengikuti parade seni Jawa Tengah 2 Juli mendatang. Untuk di Kudus sendiri mempersiapkan ikut serta dalam Kudus Carnival yang akan segera diselenggarakan.

Suami Endang, Supriyadi yang sangat mendukung usahanya tersebut mengungkapkan dirinya sangat bangga dengan sang istri untuk berupaya mempertahankan perkembangan dunia tari klasik daerah. Menurutnya sudah sangat jarang ada yang mau peduli dengan kesenian daerah.

“Bahkan pemerintah daerah sendiri tak banyak memberi dukungan pada kami, namun kami akan tetap meneruskan upaya ini dengan atau tanpa dukungan siapapun” pungkasnya. (Suwoko)