Sajdah batik dan batik kaligrafi sedang diproduksi di galery Muria Batik Kudus, Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. |
Yuli tetap menggunakan kain catoon primisima sebagaimana dipergunakannya untuk bahan baju, menurutnya sajadah batik selain dapat dipergunakan untuk ibadah juga dapat dipergunakan untuk syal atau ridak. Batik yang dibuat menggunakan batik tulis sehingga warna dan motif terlihat eksklusif dan istimewa. Para pembeli hanya diberi tarif Rp 50 ribu hingga Rp 65 ribu setiap sajadah yang dibuat.
"Untuk yang menginginkan harga miring, kami rencana juga membuat sajadah batik dengan menggunakan batik cap yang proses produksinya tidak terlalu rumit sehingga harga tidak terlalu mahal" paparnya. Untuk sajadah batik kelas dua tersebut ia beri harga Rp 25 ribu hingga 40 ribu, harga tersebut menurutnya terbilang sangat murah mengingat batik yang selama ia produksi berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 4 juta.
Ide pembuatan sajadah batik muncul saat saudaranya pulang dari haji beberapa waktu lalu, dirinya ingin membantu dengan memberikan sovenir atau merchandise batik kepada saudara dan tetangga yang datang, namun karena umumnya oleh-oleh yang diberikan adalah sajadah dirinya kemudian berinisiatif untuk membuatnya.
Pembuatan sajadah batik Yuli buat baru di tahun ini, khusus untuk menyambut bulan Ramadhan dan Lebaran. Karena belum begitu popoler ia hanya membuatnya berdasarkan pesanan dari koleganya di beberapa kota, seperti Kudus dan Jakarta. Untuk stok ia hanya membuat beberapa puluh saja sebagai persiapan jika tiba-tiba ada yang ingin memborong sajadah unik tersebut.
Disamping membuat sajadah dari batik, di galerynya tersebut ia juga membuat batik kaligrafi huruf arab. Batik kaligrafi tersebut tidak dipergunakan untuk sajadah, baju atau pakaian lain. "Batik kaligrafi ini hanya untuk hiasan dinding, bukan untuk pakaian. Karena kaligrafi yang dibuat memuat ayat-ayat Al-Quran, sehingga tidak diperbolehkan untuk bahan pakaian atau sajadah untuk menghormati ayat-ayat yang terkandung didalamnya" tuturnya. (Suwoko)