Agus tengah menyelesaikan pesanan kaus couple di tempat kerjanya. |
Agus Wahyu (24) adalah salah satu produsen yang menangkap peluang itu. Pria asal Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus ini, telah memproduksi t-sirth dengan tema couple, setelah melihat dua orang muda mudi memakai kaos dengan gambar yang sama. Namun bukan, dari bahan sablon, melainkan hasil printing.
"Saya berpikir, cetakan sablon lebih dinamis dibanding dengan hasil printing. Selain bisa tahan lama, bahan cetakan sablon juga tidak kaku saat dipakai, tidak seperti hasil printing mesin," kata Agus, saat ditemui di rumah produksinya, Desa Keramat Besar, Kecamatan kota, Kudus, kemarin.
Terobosan yang dilakukan itu telah dijalankannya sejak sebulan terakhir. Karena membidik tema couple, dirinya tidak bisa memproduksi t-sirht sebelum ada pembeli yang memesan. "Saya harus menunggu terlebih dahulu order dari pembeli," katanya. Ia menambahkan, untuk pemesan, dia bisa meminta desain gambar yang diinginkan. Termasuk bahan kaos, warna dan kemasannya. Pemesan tinggal terima bersih.
Agus menjamin, kaos yang akan dipakai oleh pemesan tidak akan pernak dijumpai dilain tempat. Pasalnya, kaos hanya diproduksi terbatas, sepasang kaos. Menurut pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di Kudus itu, kaos ini sangat cocok untuk pasanganmuda-mudi yang ingin mengabadikan hubungan. Meski begitu, dia juga menerima pesanan untuk komunitas tertentu dengan jumlah maksimal 10 picis.
Untuk sepasang kaos couple dengan bahan catoon combet 39S, dirinya mematok harga Rp 150 ribu. Harga itu termasuk bonus pesanan berupa sepasang gelas dengan desain tulisan yang diinginkan oleh pemesan. Untuk komunitas, dirinya mematok harga Rp 60 ribu perpicis, tanpa bonus gelas seperti tema couple.
Agus mengungkapkan, saat ini omzetnya bisa dikatakan lumayan. Setiap seminggu sekali, dirinya mendapatkan order paling sedikit dua pesanan tema couple. Untuk promo, dia memanfaatkan media jejaring sosial dan blog. Dia juga membagi info kepada pelanggannya, yang sering melakukan order terhadap Agus, yang telah menjalankan produksi t-sirth sekitar tujuh tahun.
Hal serupa juga dilakukan oleh Mahfudz (32). Pria warga Desa Pasuruan, Kecamatan Jati, Kudus itu juga membidik pasar yang sama, para remaja. Namun dirinya tidak mengkhususkan tema couple seperti yang dilakukan Agus.
"Para remaja sangat gemar dengan t-sirth. Terkadang pakaian itu digunakan sebagai identitas," katanya. Pria yang mahir nyablon itu, menganggap, pangsa pasar t-sirth masih sangat tinggi di kalangan remaja. Dia tidak hanya melayani order dari pemesan. Namun juga memproduksi untuk stok barang.
Pemesan terbesar yang ia dapat adalah remaja yang tergabung dalam sebuah komunitas tertentu. Mahfudz memanfaatkan isu-isu remaja yang tengah menjadi trend, sebagai bahan desain untuk kaos yang ia produksi.
Untuk pemasaran produk, mahfudz memanfaatkan event yang diselenggarakan oleh komunitas, atau event yang menarik minat para remaja. Di event tersebut dirinya menggelar hasil produk yang telah ia buat. Dia juga menerima pemesan yang ingin dibuatkan t-sirt dengan desain tertentu di tempat ia menjajakan dagangannya. Pemesan cukup menunggu sekitar 1 jam, pesanan bisa langsung diambil di tempat. (Suwoko)