SEPUTAR KUDUS - Anggota Polres Kudus Bripka Bondan mendalang dalam cara sunatan di Kudus, tahun 2011 lalu. Dengan mengenakan seragam polisinya, dia mbabar wayang di depan para tamu undangan. |
Polisi berkumis tebal tersebut terlihat sangat mahir memainkan wayang saat diundang sebagai dalang di sebuah pesta pernikahan seorang warga Desa Soco, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Hardi (48) hari Rabu (29/6) kemarin. Dengan memakai seragam polisi lengkap Bondhan sangat piawai bercerita layaknya dalang sungguhan dan juga begitu merdu ketika melantunkan tembang Jawa dalam pewayangan yang dikenal sangat sulit.
Dalam pementasan tersebut Bondhan memilih lakon "Wahyu Cokroningrat", yang menggambarkan kepemimpinan seorang tokoh dalam pewayangan. Siang itu tamu undangan yang menyaksikan aksi Bondhan terlihat menikmati pertunjukan tersebut. Tak hanya dari kalangan orang dewasa, para remaja pun terlihat antusias.
Bondhan menceritakan awalnya ia tertarik dengan wayang karena sejak kecil ayahnya seorang pensiunan TNI yang juga ndalang mengenalkannya pada sosok-sosok wayang dan tertarik dengan cerita yang dilakonkan. "Saya tertarik terhadap wayang bukan hanya karena wayang warisan budaya leluhur semata, namun juga karena cerita yang diangkat dalam pewayangan dapat memberi tuntunan kepada kita meski kita hidup di zaman yang katanya modern ini" paprnya.
Pria Kelahiran Cilacap, 7 Juli 1959 tersebut menceritakan saat ia masuk dalam jajaran kepolisian tahun 1981 gaji pertamanya sebagian ia belikan wayang untuk dikoleksi. "Setiap kali gajian saya menyisihkan uang Rp 2000 untuk membeli wayang, pada saat itu uang tersebut dapat membeli sebuah wayang dengan kualitas yang bagus" katanya. Akhirnya satu demi satu wayang ia kumpulkan dengan lengkap setelah beberapa tahun kemudian.
Saat ditempatkan di Polres Kudus, hobinya tersebut akhirnya diseriusi, ia mengambil les privat kepada Ki Dalang Bambang Hadi Wijoyo. Meski telah sedikit memahami cerita wayang dan penokohannya, Bondhan harus belajar teknis sebagai seorang dalang dengan berlatih melantunkan cerita, menggerakkan wayang dan nembang Jawa. "Awalnya sulit untuk bisa melantunkan cerita sebagaimana dalang profesional, namun lama kelamaan akhirnya saya bisa melakukannya dan bahkan bisa tampil di depan penonton" katanya.
Di pementasan tersebut Bondhan mengaku grogi karena 2 tahun tidak pernah tampil di depan penonton. Terakhir kali ia ndalang pada tahun 2009 di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Polsek Kecamatan Dawe. "Lama tidak ndalang grogi juga, namun karena sudah punya pengalaman saya bisa mengatasinya" tuturnya.
Sejauh ini atasan Bondhan di Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polres Kudus mendukung hobinya tersebut, bahkan ketika ia diundang seperti sekarang ia diijinkan. "Namun saya tidak lantas mengesampingkan tugas dan kewajiban sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, tugas saya di kepolisian tetap nomor satu" ujarnya.
Bondhan berharap pada perayaan hari Bayangkara yang ke 65 ini institusi kepolisian dapat kembali dekat dengan rakyat, salah satunya melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian. "Salah satu manfaat ketika personil polisi bisa ndalang, kami bisa menyampaikan hal-hal yang menjadi program kepolisian, di samping itu juga masyarakat akan lebih bisa menerima kami karena kesenian dan kebudayaan dapat menyatukan keduanya" pungkasnya. (Suwoko)