Latest News

Tanamkan Kejujuran Siswa Dengan “Wajur”

Kudus-Semua mungkin sepakat bahwa di Indonesia kejujuran mahal harganya. Berbagai kasus korupsi di lembaga pemerintahan, legislatif, hukum, dan juga pendidikan yang baru-baru ini muncul kasus dugaan mencontek masal saat ujian nasional di SD Gadel, Surabaya menunjukkan betapa kritisnya negeri ini. Namun tak bisa semua dianggap sama karena masih banyak yang optimistis untuk berupaya menanamkan kejujuran pada siswa di sekolahan.

Di Madrasah Islamiyah (MI) Nahdhatul Ulama (NU) Islamiyah yang terletak 20 kilometer dari pusat Kota Kudus, tepatnya di Desa Gamong, Kecamatan Kaliwungu ada sebuah inovasi yang dilakukan pihak sekolah untuk menanamkan kejujuran pada siswanya sejak dini. Upaya tersebut diwujudkannya dalam bentuk “Wajur” atau Warung Kejujuran.

Jika dilihat sekilas memang warung tersebut tidaklah besar, tampak hanya ada dua buah meja berukuran 2 x 1 meter yang di tutupi kain dan diletakkan di atasnya berbagai macam jajanan yang disukai anak-anak. Tak hanya jajanan di sana juga disediakan es teh, es sirup, dan berbagai macam es lainnya, serta nasi bungkus dan mie instan.

Wajur ini memang tak berbeda dengan kantin kejujuran yang banyak dibuat sekolah-sekolah lain, dimana pembeli adalah sekaligus penjual, dalam arti siswa yang membeli di warung kejujuran tersebut mengambil sendiri jajanan yang diinginkan, membayar dan mengambil kembalian dari dan oleh mereka sendiri sesuai daftar harga yang tercantum.

Namun yang menarik di Wajur ini menurut penggagasnya, Charis Rahman yang juga menjadi guru di sekolah tersebut saat ditemui Warta Jateng beberapa waktu yang lalu mengatakan siswa harus membuat mie dan minuman sendiri. “Di samping kami ajarkan kejujuran, mereka juga kami ajarkan kemandirian” tuturnya. Pria lulusan Universitas Muria Kudus (UMK) tersebut menambahkan hasil dari Wajur disamping untuk dibelanjakan lagi, juga dibuat untuk kebutuhan siswa, diantaranya untuk membeli perlengkapan kegiatan ekstra kurikuler yang mereka kelola sendiri dalam sebuah koperasi.

Charis menceritakan awalnya merasa prihatin dengan tekanan yang dialami siswanya ketika menghadapi ujian nasional tahun lalu. “Anak-anak sepertinya tertekan dengan ujian yang dihadapi. Tapi kami memberi pengertian kepada mereka jika sungguh-sungguh belajar pasti akan lulus. Kami sangat melarang mencontek dan berbuat tidak jujur” paparnya. Menurutnya gagasan Wajur pada awalnya terasa aneh menurut guru-guru yang laen, mereka khawatir jika anak-anak belum mampu untuk melaksanakannya. “Namun akhirnya tetap kami laksanakan dan hasilnya membuat kami bangga” katanya.

Menurut Kepala Sekolah MI NU Islamiyah, Noor Kholis Wajur yang dibuat sedikit banyak memberi dampak terhadap pembangunan karakter siswa. “Kepercayaan diri anak-anak sekarang lebih terlihat, mungkin karena mereka kami beri kepercayaan untuk mengelola Wajur. Sekarang intensitas belajar mereka juga meningkat terlihat dari nilai yang ada” katanya. Bahkan menurut Noor Kholis di tahun lalu anak-anak didiknya meraih nilai tertinggi se-Kecamatan Kaliwungu pada ujian nasional. “Kami tidak pernah membayangkan sekolah swasta ini yang menurut saya sendiri tertinggal, minim fasilitas, pelosok, dapat meraih prestasi sebesar itu” katanya haru.

Kedepan, pihaknya akan mengembangkan gagasan kreatif lain sebagai langkah pengembangan karakter siswa. “Kami merencanakan untuk membuat kelas-kelas kreatif di luar mata pelajaran untuk menampung bakat-bakat siswa sesuai dengan minat mereka. Hal ini menurut kami penting karena dengan sistem pendidikan dan kurikulum yang sekaran ini ada belum sepenuhnya memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuan spesifik anak-anak” Pungkasnya. (*)