![]() |
SEPUTAR KUDUS - Pengunjung sedang melihat beberapa ekor bulus yang dipercaya masyarakat Dukuh sumber sebagai penjelmaan murid Kyai Dudo. |
Diperingati setiap tanggal 7 Syawal, bertepatan dengan Lebaran Ketupat
Bagi masyarakat Kudus, Tradisi Bulusan
merupakan tempat favorit masyarakat saat merayakan Syawalan atau Lebaran
Ketupat, meski banyak event di tempat lain yang diselenggarakan. Tradisi yang
bertempat di petilasan Kyai Dudo, Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo
tersebut sejak Minggu (4/9) kemarin telah dimulai dengan melakukan resik-resik
sendang . Sendang dengan mata air yang tidak pernah mengering meski di musim
kemarau itu, dihuni beberapa ekor bulus yang dipercaya warga Dukuh Sumber
sebagai penjelmaan murid Kyai Dudo, sesepuh desa yang dikeramatkan.
Menurut juru kunci Bulusan, Sudasih (56)
menceritakan, tradisi bulusan telah dilestarikan sejak ratusan tahun lampau,
tradisi tersebut dimaksudkan untuk mendoakan Kyai Dudo dan bulus yang dipercaya
penjelmaan pasutri, Umara dan Umari, dua orang murid Kyai Dudo. Sudasih
menambahkan, Kyai Dudo atau Joko Samudro bernama asli Sayid Hasan. Kyai Dudo
merupakan orang pertama yang tinggal di Dukuh Sumber beberapa ratus tahun yang
lampau.
Lebih lanjut Sudasih menceritakan, penjelmaan
dua orang murid Kyai Dudo menjadi seokor bulus, berawal dari niatnya untuk
menanam padi di tempat yang masih berupa hutan belantara tersebut. Karena saat
itu bulan puasa, Kyai Dudo meminta Umara dan Umari untuk memulai kerja di malam
hari, setelah sholat tarawih. Saat kedua pasutri tersebut bekerja di sawah,
Sunan Muria berkunjung ke tempat Kyai Dudo yang saat ini menjadi petilasannya.
Mendengar suara orang yang beraktivitas di air, Suanan Muria Bertanya kepada
Kyai Dudo,
"Suara apa itu, kok seperti bulus yang sedang berenang di
air?". erkataan Suanan Muria tersebut, lantas menjadi sabda yang kemudian
merubah wujud kedua orang Murid Kyai Dudo menjadi dua ekor bulus.
Sudasih menambahkan Kyai Dudo pun sedih dengan
menjelmanya kedua orang muridnya menjadi hewan amfibi tersebut. Namun Sunan
Muria memintanya untuk tidak bersedih, dimintanya Kyai Dudo untuk mencabut
sebuah tongkat yang tertanam di sawah yang terletak beberapa meter dari
petilasan, maka keluarlah air yang menyembur ke atas.
"Keluarnya air
tersebut kemudian diabadikannya menjadi sebuah nama tempat, yaitu Dukuh Sumber.
Setelah tempat tersebut dihuni masyarakat, Kyai Dudo kemudian meminta setiap
tanggal 7 Syawal untuk membuat ritual guna mendoakan dua orang muridnya yang
menjadi bulus" kata Sudasih.
![]() |
SEPUTAR KUDUS - Para pedagang menggelar lapak mereka di jalan menuju tempat diselenggarakanannya tradisi bulusan. |
Ritual doa yang diikuti seluruh masyarakat
Dukuh Sumber yang kemudian disebut sebagai tradisi Bulusan, menjadi tontonan
menarik masyarakat Kudus hingga saat ini. Tradisi Bulusaan saat ini tidak hanya
menyuguhkan ritual doa di petilasan Kyai Dudo saja, namun juga ada kegiatan
resik-resik sendang dan berbagai kegiatan lain, di antaranya parade musik dan
hiburan panggung lainnya.
Dipenuhi PKL
Ramainya pengunjung yang datang, kemudian
menarik para pedagang untuk menggelar dagangan mereka di sekitar sendang. Kini
tradisi Bulusan sudah menjadi agenda tahunan bagi para pedgang, bahkan
sepanjang jalan mulai dari Jlan Kudus Pati hingga tempat petilasan yang
berjarak sekitar 500 meter, dipenuhi para pedagang di tepi-tepi jalan. Umumnya
para pedagang menjual beraneka ragam guci tanah liat, boneka, dan aneka macam
makanan.
Tak hanya itu, tradisi yang kini dikelola
Dewan Kesenian Kudus (DKK) bekerjasama dengan Pemkab tersebut juga menarik
minat para penjual jasa wahana permainan, seperti komedi putar dan pertunjukan
ular. Tradisi tersebut menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Kudus yang
ikut berjualan, khususnya masyarakat Dukuh Sumber dengan kedatangan ratusan
pengunjung. (suwoko)