SEPUTARKUDUS.COM, GETAS PEJATEN – Tangan kanan pria bertopi hitam terlihat menyemprotkan pilok kea rah tembok dekat Gedung Jam'iyyatul Hujjaj Kudus (JHK) Jalan R Agil Kusumadya, Kudus. Dia terlihat sangat fokus membuat
bayang-bayang wajah pada gambar seorang laki-laki. Sesekali dia mudur
kebelakang untuk melihat keseluruhan gambar grafitinya.
Seniman grafiti asal Purworejo membuat gambar di tembok tak jauh dari Gedung JHK Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Pria tersebut yakni Rizal (23), seniman grafiti asal Purworejo yang mengikuti kegiatan Youth Line IV yang diadakan Komunitas Kudus Street Art, Minggu (18/12/2016). Dia mengatakan, karya yang dibuatnya jenis realis. Jenis grafit karakter ini
menurutnya disukai karena hasilnya lebih hidup.
"Selain itu, saat suasana hati sedang tidak enak dan pusing, saya meluapkannya dengan menggambar grafiti jenis realis. Saat selesai menggambar, rasanya lega,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com yang datang sendirian ke Kudus untuk mengikuti kegiatan.
"Selain itu, saat suasana hati sedang tidak enak dan pusing, saya meluapkannya dengan menggambar grafiti jenis realis. Saat selesai menggambar, rasanya lega,” ungkapnya kepada Seputarkudus.com yang datang sendirian ke Kudus untuk mengikuti kegiatan.
Menurutnya, saat dirinya sedang galau, dia biasanya membuat
karakter wajah sedih. Saat tidak ada media tembok untuk pelampiasan, dia menggunakan
kertas. Saat membuat grafiti di tembok, dia mengaku menghabiskan uang Rp 200 ribu untuk sekali
menggambar. “Saya membuat grafiti tidak hanya di Purworejo saja. Biasanya saya
keliling ke Solo, Semarang, Wonosobo dan Kudus,” tambahnya yang mengenakan kaos
hitam.
Saat membuat grafiti di Kudus kali ini, dia tidak menentukan tema tertentu. Menurutnya, Rizal hanya
berimajinasi dan muncullah hasil karya tersebut. Kepada Seputarkudus.com dia
mengatakan mulai menekuni dunia grafiti sejak tahun 2012. Dia hanya fokus pada
jenis realis saja. Untuk grafiti yang jenis font atau yang lainnya belum
dikuasainya. “Ini juga masih proses belajar. jadi harus fokus. Untuk jenis yang
lainnya saya belum bisa,” tambahnya.
Dalam membuat grafiti, hal yang cukup sulit saat membuat ukuran
kecil. Menurutnya, harus mempunyai cap tertentu supaya cairan pilok yang keluar
tidak besar. Selain itu penyemprotan cat harus lebih hati-hati. “Jika ukuran besar
ya pasti lebih mudah,” jelasnya.
Danang (22), panitia kegiatan tersebut mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan Kudus Street Art yakni bertajuk Youth Line IV. Menurutnya, seniman grafiti yang hadir diberikan kebebasan untuk menggambar sesuai dengan karakternya masing-masing. Peserta yang hadir sebanyak 22 orang, baik dari Kudus maupun luar kota. “Ada dari Yogjakarta, Purworejo, Semarang, Jepara, dan Purwodadi,” tuturnya.
Dia menjelaskan, kebanyakan yang digambar jenis grafiti font dan
karakter. Menurutnya, kali ini yang hadir tidak lagi seorang pemula, melainkan sudah
terbiasa dalam membuat grafiti. Dalam setahun, kata Danang, komunitasnya membuat
kegiatan dua kali, yakni Kudus Street Art Tack bulan Juni di Kopi Cilik dan
Youth Line yang sedang berjalan.
Pada waktu mendatang, Danang berharap, seni grafiti dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Pihaknya juga siap jika dari instansi Pemerintah memberikan kesempatan membuat grafiti atau mural untuk menghias Kabupaten Kudus terutama terkait dunia pariwisata. “Jika itu murni untuk dunia pariwisata kami bersedia. Kelihatannya indah seperti ada di Semarang dan perkampungan di Brazil,” terangnya.
Pada waktu mendatang, Danang berharap, seni grafiti dapat lebih dikenal oleh masyarakat. Pihaknya juga siap jika dari instansi Pemerintah memberikan kesempatan membuat grafiti atau mural untuk menghias Kabupaten Kudus terutama terkait dunia pariwisata. “Jika itu murni untuk dunia pariwisata kami bersedia. Kelihatannya indah seperti ada di Semarang dan perkampungan di Brazil,” terangnya.