SEPUTARKUDUS.COM, GULANG – Seorang lelaki tua terlihat dikerubungi anak-anak di rumah tembok yang masih terlihat batu
batanya. Lelaki renta itu tersenyum tipis saat seorang laki-laki berkaus putih
menyerahkan piagam penghargaan yang dibingkai menggunakan kaca. Lelaki renta tersebut yakni Khamsin, pembuat caping kalo pakaian adat Kudus. Dia menerima piagam penghargaan dari Omah Dongeng Marwah karena telah berjasa melestarikan identitas budaya
Kudus.
Khamsin mendapat penghargaan dari Omah Dongeng Marwah karena jasanya melestarikan caping kalo pakaian adat Kudus. Foto-foto: Imam Arwindra |
Pria berkaus putih yang menyerahkan piagam yakni Edy Supratno, pimpinan di Omah Dongeng Marwah. Dia mengatakan, dirinya bersama anak didik datang ke rumah Khamsin sekaligus memperingati Hari Pahlawan. Menurutnya, Khamsin termasuk pahlawan karena jasanya yang melestarikan caping kalo pakaian adat Kudus.
“Kami memang memilih tanggal 10 November, karena bagi kami Khamsin seorang pahlawan. Dia telah berjasa melestarikan caping kalo,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya Khamsin, Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kudus.
“Kami memang memilih tanggal 10 November, karena bagi kami Khamsin seorang pahlawan. Dia telah berjasa melestarikan caping kalo,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya Khamsin, Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kudus.
Rudipah (kiri) menerima penghargaan dari perwakilan Omah Dongeng Marwah. |
Dia menuturkan, selain Khamsin, penghargaan juga diberikan kepada Rudipah.
Menurut Edy, Rudipah juga dianggap pahlawan karena juga melestarikan caping kalo sebagai identitas budaya
Kudus. “Seperti
diketahui caping kalo telah menjadi bagian dari identitas budaya Kudus. Kami
menganggap mbah Khamsin dan mbah Rudipah berjasa dalam hal pelestarian
identitas bidaya itu,” jelasnya.
Selain sebagai penghormatan, katanya, penghargaan juga diberikan sebagai kenangan untuk Khamsin dan Rudipah. Selain memberikan penghargaan, puluhan anak yang ikut juga
mencoba membuat caping kalo. Mereka tampak antusias dan serius melihat setiap gerakan Khamsin saat merangkai bagian-bagian caping kalo.
Satu di antara anak didik Omah Dongeng Marwah yang mengikuti kegiatan tersebut, yakni Evina Dwi Setyaningrum (13). Menurutnya,
pembuatan caping kalo sangat susah. Dia sempat mencoba memasang
ukit-ukir pada bagian caping kalo, tapi dia mengalami kesulitan. “Sulit sekali, perlu
belajar terus,” ungkap dara kelahiran 4 Januari 2003.
Menurutnya, dia mau belajar sampai bisa untuk membuat caping
kalo. Dia beralasan, pembuat caping kalo tidak ada penerusnya. Khamsin
merupakan orang terakhir yang bisa membuat caping kalo. “Tadi katanya mbah Khamsin,
dia orang terakhir pembuat caping kalo. Tidak ada yang meneruskan. Makanya aku
mau belajar,” tuturnya.
Vina memberitahukan, yang terlihat paling susah yakni
membuat atasan caping kalo yang disebut sulo. Bentuknya seperti suwiran bambu tipis
yang dianyam. Namun menurut Vina yang membuat sulo bukan Khamsin, melainkan Rudipah. “Yang paling terlihat sulit membuat sulonya.
Namun ya sebenarnya sulit semua,” jelasnya sambil tertawa.
Kepada Seputarkudus.com, Khamsin mengaku senang karena mendapat kunjungan anak-anak di rumahnya. Dia berharap ada generasi penerus yang dapat membuat caping kalo. “Memang perlu belajar serius. Karena membuat caping kalo tidak mudah,” ungkapnya yang menggunakan Bahasa Jawa.
Kepada Seputarkudus.com, Khamsin mengaku senang karena mendapat kunjungan anak-anak di rumahnya. Dia berharap ada generasi penerus yang dapat membuat caping kalo. “Memang perlu belajar serius. Karena membuat caping kalo tidak mudah,” ungkapnya yang menggunakan Bahasa Jawa.