Latest News

Tempat Penggilingan Daging di Belakang Pasar Bitingan Ini Pertama di Kudus dan Beromzet Lebih dari Rp 10 Juta Sehari

SEPUTARKUDUS.COM, PLOSO - Di pelataran rumah bercat warna kuning terlihat seorang pria berkumis memakai baju putih tampak sedang memasukan bawang merah ke mesin pengiris. Pria itu bernama Sugiyanto (45), pemilik usaha penggilingan daging dan sekaligus menjual aneka bumbu dan adonan campuran bakso. Tempat usaha di belakang Pasar Bitingan Kudus tersebut beromzet omset lebih dari Rp 10 juta sehari.


Di sela kegiatanya hari itu, Sugiyanto sudi berbagi cerita tentang usahanya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan memulai usaha penggilingan daging serta aneka bumbu dan adonan bakso pada tahun 2000. Usahanya tersebut tepat di belakang Pasar Bitingan, di Desa Ploso, Kecamatan Jati, tak jauh dari rumahnya. Dia mengklaim, usaha penggilingan daging miliknya itu merupakan yang pertama di Kudus. 

“Pada tahun tersebut penggilingan daging miliku tidak ada sainganya. Pertama kali buka para pedagang bakso yang beli daging di Pasar Bitingan langsung menggilingkan dagingnya di tempatku, sekaligus membeli bumbu dan adonanya juga. Dari menjual bumbu serta adonan bakso tersebut aku bisa membuka usaha lainya,” kata pria yang akrab disapa pak To kepada seputarkudus.com

Pak To, begitu dia akrab disapa, mengakui usaha penggilingan daging tidak hanya miliknya pribadi melainkan kerjasama dengan orang Demak. Dengan perjanjian setiap orang yang menggilingkan daging harus sekalian membeli aneka adonan pembuatan bakso kepada dirinya.

Dan setelah disepakati Pak To menyediakan tempat untuk mesin penggilingan daging milik rekananya tersebut, dan dia berhak atas uang penjualan aneka bumbu adonan bakso yang digilingkan. Sedangkan uang pembayaran penggilingan daging jadi milik orang Demak yang punya mesin giling.



Pria yang sudah dikaruniai dua anak tersebut mengatakan setiap hari tempat penggilingan daging tersebut bisa menggiling sekitar tiga kwintal daging. Dan dia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 7 juta sehari dari menjual tepung untuk adonan bakso.

“Jumlah uang tersebut hanya penghasilan dari penjualan adonan bumbu dan tepung di satu tempat penggilingan yang berada di belakang Pasar Bitingan. Itu belum termasuk di dua tempat yang berada di lantai dua Pasar Bitingan yang lebih ramai para pelanggan yang menggiling daging. Dan otomatis adonan bumbu dan tepungku terjual lebih banyak,” jelasnya

Pak To menjelaskan, penghasilan tersebut untuk hari biasa. Sedangkan sewaktu hari raya dia mengaku bisa mendapatkan dua kali lipatnya dari uang yang dia dapatkan pada hari biasa. Saat ini untuk membantu menjual aneka bumbu dan tepung adonan bakso dia mengaku dibantu lima orang pekerja.

Sejak usahanya tersebut berkembang Pak To lalu berinisiatif membuka kedai bakso sendiri yang bertempat di lantai bawah pusat perbelanjaan Matahari Kudus dan menghadap langsung  Pasar Bitingan Kudus. Dia juga mengaku kedai bakso miliknya itu juga sudah dikenal para pedagang, serta pengunjung di pasar dan karyawan di pusat perbelanjaan tersebut.

Selain itu, kata pak To, setiap kenalan dia maupun teman istrinya di Majlis Ta’lim yang mengadakan hajatan selalu memesan bakso dari miliknya. Biasanya mereka memesan di atas 400 butir bakso. “Selain menjual di warung, kami juga melayani pemesanan, tidak hanya dalam jumlah banyak, pesanan jumlah sedikit kami layani karena kami tidak mau menolak rejeki,” tuturnya

Pak To mengaku menjual baksonya tersebut Rp 10 ribu seporsi. Dia juga mengungkapkan jika ada yang berjualan bakso di bawah harga Rp 8 ribu dipastikan bakso tersebut tidak murni campuran daging Sapi, bisa saja dicampur daging ayam ataupun lainya.

Dia juga mengatakan, sekarang kedai baksonya tersebut juga menjual mie ayam dan bisa menghasilkan omset sekitar Rp 2 juta sehari, dengan mempekerjakan empat karyawan.

“Alhamdulillah bermula dari kerjasama penggilingan daging, aku juga bisa membuka usaha lainya. Dan dari semua usahaku tersebut aku bisa menghasilkan omset  lebih dari Rp 10 juta sehari,” ujarnya.