Abdur Rokhim menjual sub buah segar di Tanjung Karang, Jati, Kudus. Foto: Stopo Ahmad |
Sembari menunggu pelanggan yang datang untuk membeli, Rokhim begitu dirinya akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang sup buah dan tahu crispy yang dia jual. Dia menceritakan, berjualan sup buah segar sejak lulus Sekolah Dasar (SD). Di Kudus, dia mulai berjualan sejak Agustus 2015, atau sekitar satu tahun lebih tiga bulan.
“Lulus SD saya sudah ikut orang menjual sup buah ke mana-mana. Mulai dari Cirebon, Tanggerang, Serang, Banten, Bogor dan akhirnya punya modal, membuka usaha sendiri di Kudus. Di sini masyarakatnya baik, ramah-ramah dan bahasanya halus,” ungkap Rokhim saat ditemui saat berjualan di Desa Tanjung karang, Kecamatan Jati.
Menurut anak kedua dari empat bersaudara ini, selama berjualan di Kudus, dia belum pernah sekalipun pulang ke kampung halaman. Dia di Kudus bersama Agus (25), kakaknya yang baru lima hari berjualan tahu crispy di samping tempat dia berjualan. “Nama usaha Sop Buah Maz Ozy, kalau tahu crispy Bang Jack. Biar berkah saja memakai nama keluarga yang berasal dari nama adik dan Bapak,” ujarnya.
Sup buah segar |
Dia mengatakan, menjual sup buah segar sudah menjadi keahlian dia sejak kecil. Setiap hari dia berjualan mulai pukul 8.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB, tapi tak jarang hingga pukul 22.00 WIB. Dia membeli sejumlah bahan baku pembuatan sup buah segar dari Pasar Bitingan, Kudus, mengendarai sepeda.
Pria yang mengaku belum memiliki pasangan hidup ini menambahkan, harga satu mangkuk sup buah seharga Rp 7 ribu, sedangkan satu dus tahu crispy milik agus, seharga Rp 5 ribu. Menurutnya, penjualan sup buah segar dalam sehari tidak bisa di tentukan. Terkadang dalam tiga hari berjualan, dia hanya mampu menjual dua mangkuk sup buah segar saat musim penghujan.
“Setiap hari mampu menjual berapa mangkuk sup buah, tidak pernah saya hitung. Biasanya saya mendapatkan mengantongi uang Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu dalam sehari. Saat ramai pembeli terkadang Rp 700 ribu per hari. Modal awal saya dulu Rp 3 juta. Modal itu untuk membeli gerobak Rp 2,5 juta dan bahan baku membeli buah Rp 500 ribu,” tambahnya.