SEPUTARKUDUS.COM, TANJUNG KARANG - Di sebelah barat tepi Jalan Kudus – Purwodadi tampak beberapa motor terparkir di halaman sebuah bangunan berwarna kuning. Di dalam ruangan tampak beberapa orang sedang menyantap semangkok mi. Tempat tersebut merupakan kedai mi ayam Bang Romi yang cukup dikenal. Namun, siapa sangka, usaha tersebut telah dirintis generasi sebelumnya hingga kini memiliki banyak penggemar.
Pujianto (35), adalah pemilik kedai mi ayam Bang Romi tersebut. Kepada Seputarkudus.com, dia sudi berbagi cerita tentang perjalanan usaha penjualan mi ayam tersebut. Dia menceritakan, usahanya mulai dirintis ayahnya, Edy Maryoto. Edy keliling dari kampung ke kampung untuk menjajakan mi ayam.
Warung Mi Ayam Bang Romi di Jalan Kudus-Purwodadi, Tanjung Karang, Jati. Foto: Rabu Sipan |
Pujianto (35), adalah pemilik kedai mi ayam Bang Romi tersebut. Kepada Seputarkudus.com, dia sudi berbagi cerita tentang perjalanan usaha penjualan mi ayam tersebut. Dia menceritakan, usahanya mulai dirintis ayahnya, Edy Maryoto. Edy keliling dari kampung ke kampung untuk menjajakan mi ayam.
"Usaha ini milik ayah saya. Beliau yang memulai usaha menjual mi ayam. Nama Bang Romi adalah sebutan akrab ayah saya. Beliau sudah meninggal sekitar lima tahun lalu. Dan kini usahanya lanjutkan anak-anaknya, termasuk saya," kata Pujianto, anak kedua Bang Romi.
Sebelum menjual mi ayam, katanya, ayahnya dulu seorang buruh bangunan yang merantau ke Jakarta. Selama merantau di Jakarta tersebut, ayahnya kenal dengan seorang penjual mi ayam yang sudi mengajarkan cara membuat mi ayam.
“Sewaktu di Jakarta dulu setiap siang ayahku bekerja jadi buruh bangunan, sedangkan malamnya dia membantu temanya berjualan mi ayam keliling. Beliau juga belajar cara membuat mi ayam," kata Pujianto saat ditemui dikediamannya belum lama ini.
Pujianto, penerus Warung Mi Ayam Bang Romi. |
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, mengisahkan, setelah mampu membuat mi ayam, ayahnya memutuskan pulang ke Kudus dan berjualan mi ayam berkeliling dari kampung ke kampung menggunakan gerobak.
“Ayahku mulai berjualan mi ayam keliling sejak tahun 1989, dengan harga Rp 200 semangkok," kata Pujianto
“Ayahku mulai berjualan mi ayam keliling sejak tahun 1989, dengan harga Rp 200 semangkok," kata Pujianto
Menurutnya di tahun tersebut penjual mie ayam di Kudus masih sangat jarang. Setelah berjualan keliling selama dua tahun, mi ayam yang dijual ayahnya mulai dikenal masyarakat. Karena semakin dikenal, dia memutuskan membuat warung tenda mi ayam di tepi Jalan Kudus – Purwodadi.
"Sejak mempunyai warung tersebut penjualan mi ayam ayahku selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 1994 ayah yang dibantu ibuku bisa menjual sekitar 400 sampai 500 porsi mi ayam sehari," katanya.
Karena kewalahan melayani pembeli, ayah dan ibunya mempekerjakan dua karyawan untuk membantunya berjualan. Setelah pulang sekolah, empat anaknya juga diminta membantunya berjualan.
“Alhamdulillah, mi ayam ayahku makin diminati pembeli. Secara bertahap hasilnya bisa buat membangun rumah yang kami tinggali, bisa membeli beberapa tanah dan rumah, membeli mobil serta mampu menyekolahkan semua anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi," ujar Pujianto.
Setelah ayahnya meninggal, Pujianto mengatakan, warung mi ayam Bang Romi dikelola bersama oleh keluarga. Kini, mi ayam Bang Romi bisa menjual 800 porsi mi ayam maupun bakso dalam sehari dengan harga Rp 7 ribu seporsi.
“Meskipun ayah sudah meninggal, kami bersukur mi ayam Bang Romi tetap diminati para pembeli. Bahkan sekarang warung mi ayam dan bakso Bang Romi mempunyai empat cabang di Kudus, yang buka setiap hari dari pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB dengan mempekerjakan 12 karyawan," katanya.
“Meskipun ayah sudah meninggal, kami bersukur mi ayam Bang Romi tetap diminati para pembeli. Bahkan sekarang warung mi ayam dan bakso Bang Romi mempunyai empat cabang di Kudus, yang buka setiap hari dari pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB dengan mempekerjakan 12 karyawan," katanya.