SEPUTARKUDUS.COM, KALIPUTU - Di tepi sungai Jalan Sosrokartono, Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kudus, terlihat berdiri menjulang papan panjat dinding. Di selatan papan tersebut, terdapat toko kecil yang menyediakan jaket, tas, dan perlengkapan yang biasa digunakan pecinta alam. Toko itu bernama Rinjani, milik Ageng Prabowo (44), yang sejak lama suka mendaki gunung.
Beberapa orang tampak melihat puluhan tas bergantungan pada dinding toko tersebut. Ada juga yang memilih puluhan jaket dengan kain parasut. Di sudut toko, telihat seorang pria berkaus warna biru memperhatikan aktivitas di dalam toko. Pria tersebut tak lain Ageng.
Calon pembeli melihat koleksi perlengkapan mendaki gunung di Toko Rinjani, Jalan Sosrokartono, Kaliputu, Kota, Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Beberapa orang tampak melihat puluhan tas bergantungan pada dinding toko tersebut. Ada juga yang memilih puluhan jaket dengan kain parasut. Di sudut toko, telihat seorang pria berkaus warna biru memperhatikan aktivitas di dalam toko. Pria tersebut tak lain Ageng.
Kepada Seputarkudus.com, Ageng mengatakan sudah menyukai mendaki gunung sejak kelas satu SMA. Pada suatu ketika, Ageng kemudian mencoba memulai bisnis namun tetap berhubungan dengan hobinya tersebut.
“Pada waktu itu aku juga bingung dan selalu berfikir bagaimana hobi yang aku tekuni tersebut bisa menghasilkan uang. Hingga akhirnya aku bertemu beberapa teman sesama pendaki yang berasal dari lain daerah, yang ternyata selain hobi naik gunung mereka juga membuka toko perlengkapan alat mendaki," ujar Ageng saat ditemui di tokonya belum lama ini.
“Pada waktu itu aku juga bingung dan selalu berfikir bagaimana hobi yang aku tekuni tersebut bisa menghasilkan uang. Hingga akhirnya aku bertemu beberapa teman sesama pendaki yang berasal dari lain daerah, yang ternyata selain hobi naik gunung mereka juga membuka toko perlengkapan alat mendaki," ujar Ageng saat ditemui di tokonya belum lama ini.
Dari obrolannya dengan sesama pendaki tersebut, Ageng terinspirasi untuk membuka toko serupa di Kudus. Namun dia juga tidak langsung membuka toko, karena alasan modal. Niatnya itu tertunda, dan memilih menerima pekerjaan di pabrik kertas di Sumatra, meski bertentangan dengan nuraninya yang seorang petualang.
“Demi mendapatkan modal, aku terpaksa menerima ajakan saudaraku untuk kerja di pabrik kertas di Sumatra. Setelah satu setengah tahun bekerja dan terkumpul modal, aku memutuskan keluar dari pabrik tersebut dan pulang ke Kudus. Padahal waktu itu aku sudah diangkat menjadi karyawan tetap,” ujarnya
Sesampainya di Kudus, pria yang tercatat sebagai warga Desa Kaliputu, itu langsung membuka toko perlengkapan adventure dengan modal kurang dari Rp 10 juta. “Pada awal buka toko Rinjani, isinya belum terlalu lengkap, hanya berisi beberapa tas, jaket, dan tenda serta beberapa alat yang dibutuhkan untuk petualangan,” ungkap Ageng.
Ageng juga mengungkapkan dia membuka tokonya tersebut sekitar tahun 2005. Dia juga mulai menekuni hobi mendaki gunung serta aktif kembali di komunitas pecinta alam Teampala Everest Kudus. Di komunitas yang dia bentuk pada tahun 1999 itu, dia juga memasarkan barang yang ada di toko Rinjani kepada anggota komunitas.
“Alhamdulillah setelah aktif lagi di komunitas pecinta alam dan memberitahukan pada teman tentang toko Rinjani, Kini tokoku mulai dikenal masyarakat Kudus. Apalagi beberapa tahun terkahir ada perubahan segmen. Jika pada waktu dulu sandal, jaket, sepatu, tas gunung hanya dipakai para pendaki, sekarang masyarakat umum juga banyak yang memakainya, untuk digunakan sehar-sehari,” jelas Ageng.
Pria yang sudah dikaruniai dua anak tersebut mengungkapkan, saat ini toko Rinjani menjual berbagai macam barang, di antaranya aneka tas, sepatu, sandal, jaket, tenda, dan beberapa alat camping. Semua barang tersebut menurutnya produk dari merek terkenal, di antaranya Eiger, Consina, Forester, Claw dan lain sebagainya.
“Aku bersukur sesuatu yang aku tanamkan dalam diri sejak dulu, bahwa dari hobi harus bisa menghasilkan kini sudah terwujud. Sekarang toko Rinjani bisa menjual tidak kurang dari 20 barang setiap hari. Dan bila memasuki bulan Muharam, Agustus, dan tahun baru jumlah barang yang terjual bisa dua kali lipat dari hari biasa,” ujarnya.