SEPUTARKUDUS.COM, KERJASAN - Di tepi Jalan KHR Asnawi tampak sebuah mobil bak terbuka berisi jeruk dan buah anggur merahsegar. Di samping mobil tersebut terlihat tumpukan boks berisi buah pir. Di dekatnya tampak seoang pria berkaus hitam sedang mengambil kantong plastik untuk membungkus buah yang sudah dibeli para pelangganya. Pria itu Heriyanto (24), yang berhenti kuliah karena kekurangan biaya. Dia kemudian berjualan buah beromzet Rp 5 juta sehari.
Yanto (berkaus hitam) sedang membungkus buah untuk pembeli. Foto: Rabu Sipan |
Di sela kesibukanya melayani para pembeli yang yang datang, Yanto, begitu dia disapa, sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com. Yanto menceritakan, dirinya masuk kuliah di sebuah universitas swasta di Kudus sekitar tahun 2011. Namun karena orang tuanya kekurangan biaya, dengan terpaksa dia memutuskan drop out (DO) dari kampus tempatnya menuntut ilmu tersabut.
“Setelah DO dari kampus aku bekerja serabutan karena tidak ingin jadi beban kedua orang tuaku. Aku pernah bekerja jadi kuli bangunan, karena terlalu berat dan panas aku pindah kerja ikut teman menjadi pekerja desain interior. Dari bekerja menjadi tenaga desain interior tersebutlah aku bisa mengumpulkan modal untuk berdagang buah bersama saudaraku, “ kata Yanto kepada Seputarkudus.com belum lama ini.
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, mengaku sudah sekitar setahun berjualan buah dengan modal patungan bersama saudaranya yang memiliki mobil bak terbuka. Dengan modal awal sekitar Rp 5 juta, kini dia bersama saudaranya bisa mendapat omzet Rp 5 juta sehari.
Yanto mengatakan, selama setahun berjualan buah dia bersama rekanya selalu berpindah-pindah, terkadang berjualan di Jepara, Demak, Semarang, juga Kudus. “Kami berjualanya tidak menetap di satu tempat. Kami akan menetap jika tempat yang dibuat berjualan tersebut masih banyak pembeli. Dan aku akan mencari tempat lain jika pembeli sudah mulai sepi," kata Yanto yang mengaku baru dua pekan berjualan di tepi Jalan KHR Asnawi, Kudus.
Yanto mengatakan, selama setahun berjualan buah dia bersama rekanya selalu berpindah-pindah, terkadang berjualan di Jepara, Demak, Semarang, juga Kudus. “Kami berjualanya tidak menetap di satu tempat. Kami akan menetap jika tempat yang dibuat berjualan tersebut masih banyak pembeli. Dan aku akan mencari tempat lain jika pembeli sudah mulai sepi," kata Yanto yang mengaku baru dua pekan berjualan di tepi Jalan KHR Asnawi, Kudus.
Menurutnya, berjualan di tempat tersebut lumayan laris, karena selain para warga sekitar, para peziarah ke Makam Sunan Kudus dari luar kota juga banyak yang membeli buah yang dia jual. Yanto merinci buah yang dia jual diantaranya buah anggur, jeruk dan buah pir.
Yanto mengatakan, mendapatkan berbagai macam buah tersebut dari distributor buah di Semarang. Menurutnya di antara buah yang lain, buah anggur merah dari Tiongkok paling diminati para pembeli.
Dia menjelaskan, setiap hari dia bisa menjual sekitar 70 kilogram buah anggur merah dengan harga Rp 35 ribu per kilogram. Sedangkan jeruk terjual sekitar 50 kilogram dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. Dan tak kurang dari tiga karton buah pir terjual setiap hari dengan harga Rp 10 ribu sebungkus yang berisi empat buah.
“Buah anggur memang lebih diminati dari buah lainya karena selain rasa dan warnanya yang menggoda, buah tersebut juga dijual lebih murah dari harga biasanya yang berkisar di atas Rp 50 ribu per kilogram. Karena itulah setiap para pembeli yang menghampiri pasti menanyakan buah tersebut terlebih dahulu," ungkap Yanto.