Latest News

Tradisi Wiwit Kopi di Pegunungan Muria, Ungkapan Syukur Petani Kopi Colo Meski Tahun Ini Hasilnya Menurun

SEPUTARKUDUS.COM, COLO – Puluhan orang membawa basi yang dibungkus kain menuju lokasi acara Wiwit Kopi di Omah Alas Kuncen Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus. Mereka menyusuri jalan setapak yang kanan kirinya terdapat pohon kopi dengan buah tampak sudah memerah. Acara itu digelar sebagai tradisi menjelang panen kopi di Pegunungan Muria.
tradisi wiwit kopi pegunungan muria
Sejumlah anak menari di panggung utama acara Wiwit Kopi di Pegunungan Muria. Foto-foto: Imam Arwindra















Sambil menunggu acara dimulai, masyarakat yang sebagian besar warga Desa Colo sendiri terlihat bersalaman kepada siapa saja yang datang ke lokasi acara. Menurut warga Desa Colo, Hadi Sukirno (64), tradisi tersebut sudah lama ada, dan diselenggarakan turun temurun. 

“Mungkin (tradisi wiwit kopi) sudah ada sejak zaman Belanda. Kegiatan ini sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang untuk keluarga yang diberikan dari Allah,” tuturnya saat kegiatan berlangsung pada Senin (19/6/2016).

Hadi yang juga petani kopi di Pegunungan Muria itu menjelaskan, tradisi Wiwit Kopi dilakukan satu tahun sekali pada Agustus atau September, saat petani akan melakukan panen kopi. Menurut dia, doa bersama digelar para petani kemudian menyantap makanan yang ada dalam basi yang dibawa. 
doa bersama wiwit kopi
Warga melakukan doa bersama pada acara Wiwit Kopi.


“Basi yang dibawa warga isinya nasi berserta lauk pauk. Ada opor juga dan juga jajanan pasar. Jadi nanti setelah doa, nasi tersebut dinikmati bersama,” terangnya.

Kepada Seputarkudus.com Hadi menuturkan, kopi yang siap panen yakni kopi yang bijinya sudah berwarna merah. Biji kopi yang dipanen di Pegunungan Muria berjenis robusta. Menurutnya, hasil panen kopi tahun 2016 ini diperkirakan menurun dari tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan musim kemarau yang panjang membuat bunga pada pohon kopi rontok. 

“Namun tetap kami syukuri. Banyak atau sedikit hasil yang didapat masih tetap bisa panen. Semoga tahun depan hasil panennya meningkat,” ungkapnya.

Sementara itu, sejumlah anak mengenakan kain batik dan membawa bakul kecil di tangannya naik ke atas panggungg utama dalam pembukaan Wiwit Kopi. Mereka melakukan gerakan tari yang menggambarkan petani yang tengah memanen kopi. Hadir dalam acara tersebut, Bupati Kudus Musthofa bersama sejumlah pejabat Pemkab Kudus. 

Musthofa berpesan agar lingkungan hutan Muria dijaga bersama dengan baik. Selain itu dia juga agar Paguyuban Masyarakaat Pelindung Hutan (PMPH) Pegunungan Muria yang selama ini menjaga hutan di Pegunungan Muria diberi legalitas. 

“Kami ingin komunitas pecinta lingkungan PMPH ini ada legalitasnya. Agar visi, tugas dan tanggung jawabnya jelas,” terangnya.