Yuli begitu biasa disapa, menuturkan kadang dirinya merasa khawatir saat ada pembagian takjil karena akan membuat daganganya tidak laku. Dia mencontohkan akhir pekan lalu ada acara musik yang panitianya membagikan takjil gratis.
“Sebenarnya sempat waswas juga ada acara pembagian takjil gratis, takutnya daganganku tidak laku. Tapi alhamdulillah kehawatiranku tidak terjadi, karena semua daganganku tetap laris dan terjual habis,” ujar Yuli kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Yuli menjual berbagai macam takjil dengan menaruhnya di atas dua meja kayu yang dilapisi sebuah perlak berwara hijau. Dia mengaku sore tersebut membawa sekitar seratus porsi makanan takjil. Makanan itu di antaranya, kolak, es campur, bubur kacang hijau, dengan harga per porsi Rp 3500.
“Aku bersyukur sore ini tetap sama dengan sore kemarin, semua daganganku tetap habis terjual, jadi terkumpul uang sekitar Rp 400 ribu,” ungkapnya sambil membereskan dagangannya.
Warga Desa Burikan, Kecamatan Kota, Kudus, itu membuat sendiri berbagai macam makanan takjil dengan dibantu anaknya dengan modal sekitar Rp 200 ribu. Yuli yang pada sore itu mengenakan kemeja lengan panjang mengatakan, dia sudah lama berjualan di tempat tersebut, tetapi hanya saat Ramadan.
“Aku rencananya berjualan di tempat ini sampai tanggal 28 Ramadan, sisa waktu dua hari aku pergunakan untuk persiapan Lebaran. Dan setelah Lebaran aku berjualan nasi angkringan lagi mulai di sebelah kantor Kodim Kudus dari pagi sampai sore,” ujarnya.