Seorang warga kampung yang mengetahui perihal itu, melaporkan ke petinggi kampung. Petinggi kampung yang seorang Muslim itu, tak percaya laporan warganya, bahwa ada seorang janda dan anak-anaknya yang butuh pertolongan.
Karena tak mendapat perhatian dan pertolongan di kampung itu, janda tersebut pindah bersama anak-anaknya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sampailah ia di sebuah kampung yang lain, di sana dia mendapati seorang Majusi yang dikenal baik oleh warga.
Oleh orang Majusi itu, janda beserta anak-anaknya diterima dengan sangat baik. Mereka diberi tempat dan dianggap sebagai keluarga sendiri.
Pada suatu ketika, petinggi kampung yang tak memberikan pertolongan pada janda dan anak-anaknya tersebut, bermimpi. Dalam mimpinya itu dia melihat Rasulullah. Di samping kanan dan kiri-Nya ada sebuah bangunan gedung yang sangat indah.
"Ya Rasul, untuk siapakah gedung-gedung itu," tanya petinggi kampung.
"Gedung ini untuk orang Muslim," sabda-Nya.
"Sesungguhnya aku seorang Muslim," kata petinggi kampung.
"Tunjukkan kepadaku jika kamu seorang Muslim," sabda Rasul.
Kemudian Rasul bercerita tentang seorang janda yang butuh pertolongan, namun petinggi itu menolaknya, seraya meminta bukti. Setelah itu, petinggi kampung itu terbangun dari tidurnya, dan segera mencari janda dan anak-anaknya.
Mendapat kabar bahwa mereka ditolong seorang Majusi, petinggi kampung itu pun menemuinya. Dia meminta orang Majusi itu menyerahkan janda beserta anak-anaknya. Namun Majusi itu menolak. "Karena menolong mereka itulah aku mendapat berkat," tolak Majusi kepada petinggi kampung.
"Aku akan memberimu seribu dirham, serahkanlah janda dan anak-anaknya itu kepadaku," pinta petinggi dusun.
Majusi itu tetap menolak, dan menceritakan apa yang telah dialaminya. "Aku telah bermimpi sama seperti apa yang ada dalam mimpimu. Aku melihat Rasulullah dan mengatakan gedung itu dibangun untukku," kata Majusi. "Gedung itu untuk orang Muslim," kata petinggi dusun. "Sesungguhnya aku dan keluargaku telah memeluk Islam, setelah aku bermimpi bertemu Rasulullah," kata Majusi.
Dengan perasaan sangat kecewa, petinggi kampung itu pulang ke rumahnya, dan menyesal telah menolak memberi pertolongan kepada saudara sesama Muslim datang kepadanya. (Wallahu A'lam)