SEPUTARKUDUS.COM - Puluhan jaket bermerek Gress beraneka warna tergantung rapi di sisi Jalan Jendral Sudirman, tak jauh dari SMA 1 Bae, Kudus, Senin (9/5/2016) siang. Beberapa pengendara dari arah timur tampak
pelan-pelan melihat jaket yang dipajang. Jaket-jaket tersebut milik penjual asal Kabupaten Pemalang, Andi Maulana, yang hanya lulusan SD namun kini memiliki 9 pegawai.
Andi (bertopi) menjajakan jaket yang dia produksi, di Jalan Jendral Sudirman, Kudus. Foto Imam Arwindra |
Seseorang laki-laki gemuk bertopi turun dari motor Honda Beat putih di lapak milik Andi. Dia melihat jaket yang digantung di tengah. “Yang ini berapa mas?” Tanya dia sambil memegang jaket berwarna hitam.
“(Harga jaket) itu Rp 150 ribu mas,” jawab Andi yang menamai lapaknya Al-Hidayah.
Ketika ditemui SeputarKudus.com, Andi menceritakan suka dan duka menjalankan usahanya memproduksi jaket-jaket tersebut. Di antaranya saat banyak pelanggannya berhenti berjualan dan kini memutuskan untuk menjualnya di tepi jalan.
"Saya sebenarnya sudah memiliki banyak pelanggan di Jakarta. Mereka yakni para PKL (pedagang kaki lima). Mereka berhenti berjualan karena banyak penertiban di Jakarta. Untuk terus menjalankan usaha ini saya putuskan untuk menjualnya bersama karyawan saya menggunakan mobil," ujarnya.
"Saya sebenarnya sudah memiliki banyak pelanggan di Jakarta. Mereka yakni para PKL (pedagang kaki lima). Mereka berhenti berjualan karena banyak penertiban di Jakarta. Untuk terus menjalankan usaha ini saya putuskan untuk menjualnya bersama karyawan saya menggunakan mobil," ujarnya.
Sebelum menjual jaketnya menggunakan mobil, dia mengatakan, dulu saat bahan baku naik, penjual
tidak mau menaikkan harga jaket. Akhirnya, dia harus menanggung rugi ketimbang
kehilangan konsumen.
“Jadi saya menyetor jaket kebeberapa toko-toko baju. Saat bahan
baku naik, toko yang saya setok tidak
mau menaikkan harga jaket. Akhirnya saya lebih memilih rugi sedikit dari pada
kehilangan konsumen,” ungkap pria yang lahir di Pemalang, 11 Mei 1969.
Andi memulai terjun bisnis tahun 2000. Dia memilih fokus
jaket karena beban produksinya lebih murah. Menurutnya, produksi jaket hanya
butuh satu mesin obras saja. Berbeda dengan kaos dan celana jins yang
membutuhkan lebih dari satu mesin.
“Jika produksi kaus dan celana (bahan jins) butuh lebih
dari satu mesin. Jadi beban produksi cukup besar,” tambah dia yang berpindah
duduk di bagasi belakang mobilnya.
Selama berjualan di Kudus, menurutnya, setiap hari mampu
menjual lima sampai 10 jaket. Jadi
pendapatan kotor sekitar Rp 1 juta. “Saya di Kudus mulai Sabtu (7/5/2016), rencana sampai Kamis
besok (12/5/2016). Di sini (Kudus) cukup ramai. Setiap harinya sekitar lima
sampai sepuluh jaket yang terjual,” tambahnya.
Dia menuturkan, selama di Kudus dia dan satu pegawainya
tidur di SPBU, karena menginap di hotel atau kontrak rumah biayanya cukup mahal. “Sebenarnya saya domisili di Jakarta Timur. Karena berjualan
di tepi jalan Jakarta sulit, kami mencari tempat baru. Di antaranya di jalur
Pantura Timur,” ungkapnya.
Sejak Kecil Andi Sudah Mandiri
Lebih lanjut Andi menceritakan, semasa kecil dia terbiasa mandiri. Saat
kelas dua SD, dia sudah ditinggal ayahnya. Setiap hari dia diasuh oleh neneknya karena ibunya pergi bekerja di Sumatra.
Suatu ketika dia
mendapat kabar ibunya sering sakit-sakitan. Akhinya dia memutuskan untuk
berlatih menghidupi dirinya sendiri. “Saat tetangga minta dicarikan kayu, saya berangkat. Disuruh ini
dan itu saya berangkat. Supaya bisa makan,” ungkapnya sambil melepas topi hitam
yang dipakainya.
Setelah lulus SD, katanya, dia tidak melanjutkan sekolah, karena tidak mempunyai biaya. Akhirnya dia memutuskan untuk ikut temannya ke
Jakarta bekerja di konveksi baju. “Saat itu saya bekerja membuang sisa-sisa jaitan di baju
yang tidak terpakai,” tuturnya.
Berawal dari bekerja di konveksi itulah, yang menuntun dirinya menggeluti bisnis pakaian. Pria yang memiliki istri asli Pemalang tersebut, saat ini mempunyai
dua orang anak laki-laki dan perempuan. Dia mengaku sudah memilik Sembilan karyawan
yang bekerja di konveksinya.
Dibalik dari semangatnya berjuang, dia mengaku teringat akan
pesan dari mendiang orang tuanya. “Jangan terpengaruh siapapun. Ikuti kata-kata yang baik dari
orang dan tinggalkan yang buruk. Tetap istiqomah dalam menjalani apapun,”
ungkapnya.