Latest News

RA Kartini Warisi Semangat Bupati Kudus Dalam Pendidikan dan Kesetaraan

SEPUTAR KUDUS - Keluarga Kartini mewarisi semangat pendidikan.
SEPUTAR KUDUS - Raden Ajeng (RA) Kartini memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Kota Kudus. Meski tak pernah tinggal di Kudus, Pahlawan Emansipasi Wanita ini tak bisa dipisahkan dari Kabupaten Kudus. Karena, RA Kartini merupakan cucu Bupati Kudus 1812-1837, Pangeran Condronegoro. Ayahanda RA Kartini, Raden Mas Adipati (RMA) Ario Sosroningrat (Bupati Jepara tahun 1881), merupakan putra Bupati Kudus yang berpikiran modern untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya tersebut.

Putra-putra Pangeran Condronegoro, yakni ayahanda dan paman-paman RA Kartini, bisa dikatakan genarasi pertama pribumi yang mendapatkan pendidikan. Mereka diberikan pendidikan dasar di sekolah eropa bersama anak-anak Belanda saat itu. Bahkan, mereka sangat menguasai Bahasa Belanda, dan menyejajarkannya dengan kaum elit Belanda. Paman-paman Kartini itu, antara lain Pangeran Ario Hadiningrat (Bupati Demak 1873), dan Raden Mas Adipati Ario Condronegoro (Bupati Kudus).

Mungkin semangat untuk memberikan pendidikan dan kesetaraan dari kakeknya itulah, yang diwarisi Kartini hingga namanya dikenang hingga saat ini. Seperti apa yang dilakukan kakeknya, memberikan pendidikan pada putra-putranya, Kartini juga ingin memberikan pendidikan pada rakyat pribumi, sehingga mendapatkan kesetaraan dengan orang-orang kolonial Belanda.

Sebenarnya, warisan semangat itu telah diwarisi kakak Kartini, Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono, sebelum dirinya menggebu-gebu untuk belajar di sekolah bersama anak-anak pejabat Belanda. Sosrokartono, merupakan mahasiswa pertama dari Indonesia, yang berhasil menyelesaikan gelar sarjananya di negeri Belanda. Ayahanda Kartini, menyekolahkan kakaknya itu, dari jenjang sekolah dasar hingga tingkat menengah atas, sebelum Sosrokartono memutuskan untuk menimba ilmu di Negeri Kincir Angin.

Sosrokartono merupakan kakak kandung seayah dan seibu RA Kartini. Keduanya merupakan putra-putri RMA Ario Sosrodiningrat dengan Ngasirah, yang kini diabadikan menjadi nama Gedung Wanita di Kudus. Dengan kakaknya itulah, Kartini banyak belajar tentang pendidikan dan kesetaraan. Bahkan, saat kakaknya belajar di Belanda, Kartini sering berkirim surat, mencurahkan kegelisahannya tentang pendidikan kaum pribumi. Sosrokartono banyak memberikan bimbingan kepada adiknya itu, untuk terus bersemangat memperjuangkan pendidikan di sekitarnya.

Melalui surat-surat yang dikirim Kartini, Sosrokartono mendapat informasi tentang keadaan di Tanah Air. Di Belanda, Sosrokartono memperjuangkan kesetaraan pendidikan kepada kaum pribumi di Indonesia. Dalam pidatonya di depan para bangsawan di Belanda, Sosrokartono melontarkan kritik keras kepada Kerajaan Belanda, yang hanya menindas tanpa memberikan pendidikan terhadap warga pribumi. Dari pidato itulah, Pemerintahan Hindia Belanda kemudian membuka akses pendidikan pada kaum pribumi, yang dikenal sebagai Politik Balas Budi.

Makam Sedomukti

Di komplek Makam Sedomukti, Jalan Sosrokartono, Kudus, keluarga besar Kartini dimakamkan, termasuk ayahanda dan kakak kandungnya, Sosrokartono. Di makam tersebut, juga terdapat makam keturunan Pangeran Condronegoro. Tanah makam tersebut diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada kakek Kartini, yang telah berjasa mengentaskan masyarakat Kudus dari musim pagebluk (kelaparan).

Makam tersebut, kini banyak diziarahi oleh banyak kalangan, termasuk para pengagum Sosrokartono, yang merupakan tokoh intelektual, sebelum generasi kemerdekaan. Mereka berziarah untuk mengenal lebih dalam tentang Sosrokartono, dan ajaran-ajarannya. (Mase Adi Wibowo)

*Diolah dari berbagai sumber.

Artikel terkait: Sosrokartono, Pahlawan yang Terlupakan