Menurut salah seorang siswa yang mengalami kejadian tersbut siang kemarin, Ayu Bunga tidak menyadari hal yang telah terjadi. “Setelah sadar tau-tau banyak teman yang mngerumuni saya” jelasnya. Siswi yang duduk di kelas X tersebut menyatakan kekhawatirannya jika di hari berikutnya mengalami kesurupan kembali. “Setelah kesurupan saya merasa lemas dan seperti tidak bisa berkosentrasi, saya takut hal ini terulang lagi” papar siswi yang terlihat pucat setelah mengalami kesurupan tersebut.
Sementara itu Kepala Sekolah SMK PGRI 2 Kudus, Basuki Rahmat mengungkapkan kejadian tersebut berawal dari kegiatan kemah pramuka yang dilakukan para siswanya di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus pada 10 hingga 12 Juni yang lalu. Ia menambahkan peserta kemah melakukan lintas alam di sebuah sungai yang menuju tebing yang diketahui warga setempat sebagai kawasan angker. “Warga di sana sebetulnya sudah memperingatkan untuk tidak melakukan kegiatan di tebing tersebut, namun anak-anak tetap melanjutkan rencana lintas alam karena sudah teragendakan” paparnya.
Hal yang dikhawatirkan warga akhirnya terbukti, Basuki menceritakan di hari pertama ada 20 siswa yang mengalami kesurupan. Hal tersebut terjadi sekitar pukul 17.30 hingga tengah malam. “Hari berikutnya kesurupan berulang-ulang terjadi pada siswa lainnya. Hingga mereka pulang hari minggu yang lalu siswa masih ada yang kesurupan” paparnya.
Basuki mengungkapkan untuk menyadarkan siswa yang mengalami kesurupan dan menyadarkannya, pihaknya telah mengundang seorang tokoh spiritual untuk mengusir makhluk halus yang merasuki tubuh siswanya. “Kata tokoh spiritual mkhluk yang bersemayam di tubuh siswa memang berasal dari tempat angker yang diungkapkan warga Wonosoco, mereka masih mengikuti siswa hingga pulang ke sekolah dan tidak mau kembali ke asalnya” tuturnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa di hari-hari selanjutnya, pihaknya telah menyiapkan sebuah ritual untuk mengusir makhluk halus yang mengganggu. “Kami berencana akan membuat ruwatan seperti yang telah dianjurkan oleh tokoh spiritual esok hari” ujarnya. Ia mengharapkan para siswa untuk tidak melamun dan mempunyai pikiran yang kosong agar tidak mudah kerasukan. Ia juga berharap setelah ruwatan kejadian tersebut tidak terulang kembali karena telah mengganggu proses belajar. (*)